
Internasional
Pilihan Sulit Gubernur The Fed Jelang Penentuan Bunga Acuan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 September 2018 17:11

Washington, CNBC Indonesia - Tingkat pengangguran mendekati angka terendah dalam 20 tahun. Hal itu menuntut bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, untuk menaikkan tingkat suku bunga atau perekonomian akan bergerak terlalu cepat (overheating). Namun, pasar obligasi, yang berada tidak jauh dari posisi yang biasanya mendahului resesi, mengatakan tidak perlu terlalu cepat.
Hasil dari keputusan itu nampaknya menjadi semakin penting saat The Fed semakin dekat ke waktu pertemuan minggu depan untuk menentukan kebijakan suku bunga. Keputusan yang diambil akan menentukan apakah Gubernur The FedĀ Jerome Powell mampu memimpin masa berkelanjutan yang bebas resesi atau merusak pesta dengan kenaikan suku bunga yang membebani pertumbuhan ekonomi.
Penelitian terbaru dari staf The Fed dan pernyataan Powell sendiri tampaknya lebih menekankan pada risiko pasar tenaga kerja super-ketat, yang bisa berarti adanya perubahan dalam proyeksi tingkat suku bunga The Fed dan nada yang lebih keras dalam retorikanya.
Para ekonom Goldman Sachs, misalnya, berpendapat bahwa keputusan tingkat suku bunga "optimal" Fed adalah "di atas harga pasar". Mereka melihat kemungkinan akan ada empat kenaikan suku bunga tahun depan, sementara investor hanya mengharapkan satu atau dua kenaikan, yang merupakan kesenjangan yang signifikan.
Presiden New York Fed John Williams menyebut situasi pertumbuhan yang berkelanjutan saat ini, perolehan pekerjaan yang stabil dan inflasi yang dekat-ke-target "sebaik yang diharapkan" untuk kelanjutan kenaikan tingkat suku bunga bertahap yang dimulai oleh mantan Gubernur Janet Yellen.
Tetapi keputusan seberapa jauh dan cepatnya untuk menetapkan suku bunga tetap dipegang oleh The Fed. Bahasa pernyataan Fed minggu depan, proyeksi baru hingga 2021, dan konferensi pers pasca-pertemuan yang dihadiri Powell akan memetakan jalannya menuju titik kritis di mana dua fakta sejarah mulai berbenturan.
Di satu sisi, lebih banyak kenaikan risiko akan mendorong tingkat suku bunga jangka pendek obligasi AS menjadi di atas obligasi jangka panjang. Hal ini membalikkan sifat pasar obligasi yang biasanya, yang seharusnya memberi imbalan kepada investor yang menginvestasikan uang untuk waktu yang lebih lama.
Selain itu, situasi tersebut biasanya menandakan resesi akan muncul karena investor ragu akan prospek ekonomi jangka panjang.
Meskipun kesenjangan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun dan dua tahun melebar sedikit minggu ini, namun selisih tersebut telah menyempit sejak akhir 2016 dan tetap sekitar seperempat poin persentase.
Beberapa pembuat kebijakan berpendapat bahwa The Fed harus menunda kenaikan bunga acuan daripada harus menerima risiko yang menyebabkan "inversi", dengan mendorong tingkat suku bunga jangka pendek sementara suku bunga jangka panjang bergerak lebih lambat.
Sementara itu, tingkat pengangguran, saat ini 3,9%, telah melampaui batas-batas historisnya sendiri. "Pekerjaan penuh" umumnya diperkirakan ada di sekitar 4,5%.
Sejak 1960-an tingkat pengangguran telah turun di bawah itu dan tetap di angka tersebut selama 31 bulan antara November 1998 dan Mei 2001.
Situasi tersebut berakhir dengan resesi singkat yang dimulai di tahun itu, dengan kenaikan suku bunga The Fed dan meletusnya bubble saham teknologi.
Tingkat pengangguran kini berada di bawah 4,5% selama 17 bulan, dan Powell menghadapi risiko di seputar kenaikan tarif global, penguatan upah, dan kekhawatiran yang berkembang tentang stabilitas pasar keuangan.
Menjaga kebijakan tetap longgar dengan harapan bahwa inflasi tetap rendah bahkan dengan tingkat pengangguran yang rendah, menurut penelitian, berisiko menimbulkan biaya potensial yang lebih besar bagi perekonomian daripada menjamin pertumbuhan harga yang lebih cepat dengan kebijakan yang lebih ketat sekarang ini.
(prm) Next Article Jerome Powell, Kesabaran The Fed, & Semringahnya Wall Street
Hasil dari keputusan itu nampaknya menjadi semakin penting saat The Fed semakin dekat ke waktu pertemuan minggu depan untuk menentukan kebijakan suku bunga. Keputusan yang diambil akan menentukan apakah Gubernur The FedĀ Jerome Powell mampu memimpin masa berkelanjutan yang bebas resesi atau merusak pesta dengan kenaikan suku bunga yang membebani pertumbuhan ekonomi.
Penelitian terbaru dari staf The Fed dan pernyataan Powell sendiri tampaknya lebih menekankan pada risiko pasar tenaga kerja super-ketat, yang bisa berarti adanya perubahan dalam proyeksi tingkat suku bunga The Fed dan nada yang lebih keras dalam retorikanya.
![]() Gubernur The Fed Jerome Powell |
Tetapi keputusan seberapa jauh dan cepatnya untuk menetapkan suku bunga tetap dipegang oleh The Fed. Bahasa pernyataan Fed minggu depan, proyeksi baru hingga 2021, dan konferensi pers pasca-pertemuan yang dihadiri Powell akan memetakan jalannya menuju titik kritis di mana dua fakta sejarah mulai berbenturan.
Di satu sisi, lebih banyak kenaikan risiko akan mendorong tingkat suku bunga jangka pendek obligasi AS menjadi di atas obligasi jangka panjang. Hal ini membalikkan sifat pasar obligasi yang biasanya, yang seharusnya memberi imbalan kepada investor yang menginvestasikan uang untuk waktu yang lebih lama.
![]() |
Meskipun kesenjangan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun dan dua tahun melebar sedikit minggu ini, namun selisih tersebut telah menyempit sejak akhir 2016 dan tetap sekitar seperempat poin persentase.
Beberapa pembuat kebijakan berpendapat bahwa The Fed harus menunda kenaikan bunga acuan daripada harus menerima risiko yang menyebabkan "inversi", dengan mendorong tingkat suku bunga jangka pendek sementara suku bunga jangka panjang bergerak lebih lambat.
Sementara itu, tingkat pengangguran, saat ini 3,9%, telah melampaui batas-batas historisnya sendiri. "Pekerjaan penuh" umumnya diperkirakan ada di sekitar 4,5%.
Sejak 1960-an tingkat pengangguran telah turun di bawah itu dan tetap di angka tersebut selama 31 bulan antara November 1998 dan Mei 2001.
Situasi tersebut berakhir dengan resesi singkat yang dimulai di tahun itu, dengan kenaikan suku bunga The Fed dan meletusnya bubble saham teknologi.
Tingkat pengangguran kini berada di bawah 4,5% selama 17 bulan, dan Powell menghadapi risiko di seputar kenaikan tarif global, penguatan upah, dan kekhawatiran yang berkembang tentang stabilitas pasar keuangan.
Menjaga kebijakan tetap longgar dengan harapan bahwa inflasi tetap rendah bahkan dengan tingkat pengangguran yang rendah, menurut penelitian, berisiko menimbulkan biaya potensial yang lebih besar bagi perekonomian daripada menjamin pertumbuhan harga yang lebih cepat dengan kebijakan yang lebih ketat sekarang ini.
(prm) Next Article Jerome Powell, Kesabaran The Fed, & Semringahnya Wall Street
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular