
Danareksa Ramal Suku Bunga Acuan BI Bisa Tembus 6%!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 September 2018 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Danareksa Sekuritas menilai ada potensi Bank Indonesia (BI) untuk terus menaikkan suku bunga acuan hingga level 6% hingga tahun depan.
Alasan Danareksa Sekuritas adalah rupiah dinilai masih akan tertekan akibat pelebaran current account defisit (CAD) dan beberapa faktor global.
Head of Economic Research Danareksa Research Institute Damhuri Nasution mengatakan suku bunga acuan BI berpotensi kembali dinaikkan menjadi 5,75%-6% pada tahun ini dan 5,5%-6% pada tahun depan.
"Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan di bawah nilai fundamental karena faktor eksternal, tapi tekanan tersebut akan mulai mereda pada 2019 dan 2020," tulis Damhuri dalam siaran pers, Rabu (19/9).
Menurut dia, terdapat beberapa faktor yang masih akan terus membuat kondisi rupiah terombang-ambing. Antara lain normalisasi kebijakan moneter dan ekspansi fiskal Amerika Serikat (AS), kekhawatiran atas perang dagang AS-China, dan kenaikan harga minyak dunia karena geopolitik, yang dapat memperlebar CAD.
Danareksa Sekuritas pun menilai kebijakan moneter global masih cenderung ketat pada tahun depan dan baru akan berangsur longgar pada 2020. Ini karena diperkirakan tekanan inflasi mereda dan pertumbuhan ekonomi mengalami moderasi.
"Dengan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate (FFR) dua kali tahun 2019 yang berarti tidak seagresif tahun 2018, maka volatilitas pasar keuangan akan sedikit mereda," tulis Damhuri.
Saat ini langkah BI untuk meredam depresiasi rupiah dengan menaikkan suku bunga dan dual intervention demi menjaga volatilitas rupiah dan likuiditas. Langkah itu berdampak positif pada kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), sehingga investasi di SUN mulai menarik kembali.
Danareksa Sekuritas memperkirakan tekanan terhadap rupiah dapat mereda. Untuk akhir tahun 2018, rupiah/US$ diperkirakan pada kisaran Rp 14.400/US$ dan tahun depan sekitar Rp 14.300/US$.
"Hanya saja perlu diantisipasi risiko eksternal perang dagang AS-China, perang mata uang, geopolitik yang kian memanas, ekspansi fiskal AS yang pro-siklikal, serta normalisasi kebijakan moneter bank sentral global," tulis Damhuri.
(miq/miq) Next Article Kondisi Suku Bunga Acuan Mulai Stabil
Alasan Danareksa Sekuritas adalah rupiah dinilai masih akan tertekan akibat pelebaran current account defisit (CAD) dan beberapa faktor global.
Head of Economic Research Danareksa Research Institute Damhuri Nasution mengatakan suku bunga acuan BI berpotensi kembali dinaikkan menjadi 5,75%-6% pada tahun ini dan 5,5%-6% pada tahun depan.
Menurut dia, terdapat beberapa faktor yang masih akan terus membuat kondisi rupiah terombang-ambing. Antara lain normalisasi kebijakan moneter dan ekspansi fiskal Amerika Serikat (AS), kekhawatiran atas perang dagang AS-China, dan kenaikan harga minyak dunia karena geopolitik, yang dapat memperlebar CAD.
"Dengan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate (FFR) dua kali tahun 2019 yang berarti tidak seagresif tahun 2018, maka volatilitas pasar keuangan akan sedikit mereda," tulis Damhuri.
Saat ini langkah BI untuk meredam depresiasi rupiah dengan menaikkan suku bunga dan dual intervention demi menjaga volatilitas rupiah dan likuiditas. Langkah itu berdampak positif pada kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), sehingga investasi di SUN mulai menarik kembali.
Danareksa Sekuritas memperkirakan tekanan terhadap rupiah dapat mereda. Untuk akhir tahun 2018, rupiah/US$ diperkirakan pada kisaran Rp 14.400/US$ dan tahun depan sekitar Rp 14.300/US$.
"Hanya saja perlu diantisipasi risiko eksternal perang dagang AS-China, perang mata uang, geopolitik yang kian memanas, ekspansi fiskal AS yang pro-siklikal, serta normalisasi kebijakan moneter bank sentral global," tulis Damhuri.
(miq/miq) Next Article Kondisi Suku Bunga Acuan Mulai Stabil
Most Popular