
Waspada, Pelemahan Rupiah Masih Terjadi Hingga 2020
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 September 2018 14:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pelemahan terhadap rupiah masih akan berlangsung hingga 2020. Di tahun itulah Bank Sentral AS atau The Fed telah selesai normalisasi kebijakan moneternya.
"Melihat kenaikan suku bunga ke depan, Amerika terutama, kemungkinan tekanan dari kenaikan suku bunga berikutnya masih ada," kata Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
"Karena kalau kita lihat dari The Fed masih ada rencana naikkan suku bunga sampai dengan 2020. Berarti, kalau kita lihat kan kenaikan sudah semakin lambat. Artinya walau masih akan naik lajunya akan berkurang," imbuh Doddy.
Menurutnya, dengan normalisasi kebijakan AS yang terukur nantinya semakin jelas pergerakan likuiditas global. Sehingga sumber utama gejolak, yakni The Fed tak lagi sedalam tahun-tahun ini.
"Artinya dengan normalisasi terukur dan kenaikan suku bunga tak seperti sebelumnya kita berharap sampai 2020 tekanan sudah mulai berkurang," tegas Doddy.
Untuk itu, sambung Doddy, menunggu 2020 maka perbaikan fundamental dalam negeri harus dilakukan. Selama transaksi berjalan masih defisit maka risiko pelemahan masih ada.
"Selama kita masih dalam posisi net demand dolar (rupiah terus melemah). Makanya harus kita kurangi," tutup Doddy.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
"Melihat kenaikan suku bunga ke depan, Amerika terutama, kemungkinan tekanan dari kenaikan suku bunga berikutnya masih ada," kata Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
"Karena kalau kita lihat dari The Fed masih ada rencana naikkan suku bunga sampai dengan 2020. Berarti, kalau kita lihat kan kenaikan sudah semakin lambat. Artinya walau masih akan naik lajunya akan berkurang," imbuh Doddy.
![]() |
Menurutnya, dengan normalisasi kebijakan AS yang terukur nantinya semakin jelas pergerakan likuiditas global. Sehingga sumber utama gejolak, yakni The Fed tak lagi sedalam tahun-tahun ini.
Untuk itu, sambung Doddy, menunggu 2020 maka perbaikan fundamental dalam negeri harus dilakukan. Selama transaksi berjalan masih defisit maka risiko pelemahan masih ada.
"Selama kita masih dalam posisi net demand dolar (rupiah terus melemah). Makanya harus kita kurangi," tutup Doddy.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
Most Popular