
'Sekarang Saatnya Bank Indonesia Pro ke Sektor Riil'
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 June 2019 20:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan Bank Indonesia akan melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi, BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik.
Namun, lanjut dia, kebijakan suku bunga oleh otoritas moneter Indonesia itu akan mempertimbangkan arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve.
"Prediksinya suku bunga acuan akan turun 25 basis poin sebagai langkah follow the curves-nya The Fed," kata Bhima, kepada CNBC Indonesia, Sabtu (15/6/2019).
Menurut dia, dengan menurunkan suku bunga hal ini akan berdampak positif bagi perbankan memberikan bunga kredit yang lebih rendah. Selain itu, tekanan dari dunia usaha juga kian mencuat agar BI mulai merelaksasi kebijakan suku bunga.
"Selama setahun terakhir ini BI sudah pro stabilitas dengan menaikkan bunga acuan, sekarang saatnya pro sektor riil," kata Bhima melanjutkan.
Meski ada risiko capital inflow yang membayangi dengan diturunkannya suku bunga acuan, ia menyebut, kenaikan rating utang oleh Standard & Poor's dapat mengompensasinya. Investor akan tetap percaya untuk berinvestasi di Indonesia.
Ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) tengah dinantikan pelaku pasar. Termasuk pelaku pasar keuangan di Indonesia.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja menilai jika The Fed menurunkan suku bunga acuan dan diikuti oleh BI maka perlu diperhatikan kondisi likuiditas di dalam negeri.
"Kita lihat Fed saja, kalau Fed memang akan turunkan bunga saya kira pressure terhadap bunga, dari segi suku bunga acuan (khsusnya) dari luar negeri, saya rasa tidak ada ya. Tapi kita lihat likudiitas dalam negeri saja kecukupannya," ungkap Jahja di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kondisi Suku Bunga Acuan Mulai Stabil
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi, BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik.
Namun, lanjut dia, kebijakan suku bunga oleh otoritas moneter Indonesia itu akan mempertimbangkan arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve.
![]() |
Menurut dia, dengan menurunkan suku bunga hal ini akan berdampak positif bagi perbankan memberikan bunga kredit yang lebih rendah. Selain itu, tekanan dari dunia usaha juga kian mencuat agar BI mulai merelaksasi kebijakan suku bunga.
"Selama setahun terakhir ini BI sudah pro stabilitas dengan menaikkan bunga acuan, sekarang saatnya pro sektor riil," kata Bhima melanjutkan.
Meski ada risiko capital inflow yang membayangi dengan diturunkannya suku bunga acuan, ia menyebut, kenaikan rating utang oleh Standard & Poor's dapat mengompensasinya. Investor akan tetap percaya untuk berinvestasi di Indonesia.
Ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) tengah dinantikan pelaku pasar. Termasuk pelaku pasar keuangan di Indonesia.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja menilai jika The Fed menurunkan suku bunga acuan dan diikuti oleh BI maka perlu diperhatikan kondisi likuiditas di dalam negeri.
"Kita lihat Fed saja, kalau Fed memang akan turunkan bunga saya kira pressure terhadap bunga, dari segi suku bunga acuan (khsusnya) dari luar negeri, saya rasa tidak ada ya. Tapi kita lihat likudiitas dalam negeri saja kecukupannya," ungkap Jahja di Jakarta, Rabu (12/6/2019).
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kondisi Suku Bunga Acuan Mulai Stabil
Most Popular