
Ramuan Jamu Jokowi Diyakini Bisa Tekan CAD Jadi 2,5%
Arys Aditya, CNBC Indonesia
18 September 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengklaim dampak penerapan rangkaian kebijakan penyelamatan rupiah baru terasa mulai bulan ini.
Kemarin, Presiden Joko Widodo kembali menggelar rapat penyelamatan rupiah untuk keempat kalinya dalam dua bulan terakhir. Rapat tersebut diselenggarakan di Istana Merdeka, Senin (17/9/2018) dan berlangsung sekitar 2,5 jam.
Usai rapat, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan rapat itu membahas mengenai perkembangan dan situasi nilai tukar terkini. Tak ketinggalan, Pemerintah juga memonitor data neraca perdagangan yang dirilis bertepatan dengan rapat itu.
Dalam rapat ini, terpantau hadir antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Selain itu, hadir pula Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso dan Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati.
"Kebijakan-kebijakan kita pada dasarnya baru akan kelihatan hasilnya September. Jadi pada September, yang akan diumumkan pertengahan Oktober," kata Darmin usai rapat.
Berdasarkan lansiran Badan Pusat Statistik, secara total neraca perdagangan pada Agustus 2018 masih parah, yaitu tercatat US$ 1,02 miliar. Dari kontributornya, defisit neraca migas naik menjadi US$1,6 miliar; dari posisi US$1,2 miliar pada bulan sebelumnya.
Adapun, neraca nonmigas Agustus mencatatkan surplus hingga US$ 639 juta, dibandingkan pada Juli lalu, yang mengalami defisit US$778 juta. Dengam rangkaian kebijakan yang telah diterapkan, Darmin optimis defisit transaksi berjalan akan bergerak menjauh dari teritorial 3%.
"CAD Q2 itu 3%. Kalau digabung Q1 dan Q2, angkanya sekitar 2,6-2,7%. Nah, kalau dilihat kecenderungan, memang dia akan bergerak ke 3%," paparnya.
"Tapi kita kok rasanya akan bergerak ke 2,5% di akhir tahun nanti. 2,5% sampai 2,6%. Itu akumulasi setahun setelah diterapkan B20, pengendalian impor dan sebagainya."
(roy/roy) Next Article Defisit Migas Bikin CAD Melebar, Bagaimana Dampak B20?
Kemarin, Presiden Joko Widodo kembali menggelar rapat penyelamatan rupiah untuk keempat kalinya dalam dua bulan terakhir. Rapat tersebut diselenggarakan di Istana Merdeka, Senin (17/9/2018) dan berlangsung sekitar 2,5 jam.
"Kebijakan-kebijakan kita pada dasarnya baru akan kelihatan hasilnya September. Jadi pada September, yang akan diumumkan pertengahan Oktober," kata Darmin usai rapat.
Berdasarkan lansiran Badan Pusat Statistik, secara total neraca perdagangan pada Agustus 2018 masih parah, yaitu tercatat US$ 1,02 miliar. Dari kontributornya, defisit neraca migas naik menjadi US$1,6 miliar; dari posisi US$1,2 miliar pada bulan sebelumnya.
Adapun, neraca nonmigas Agustus mencatatkan surplus hingga US$ 639 juta, dibandingkan pada Juli lalu, yang mengalami defisit US$778 juta. Dengam rangkaian kebijakan yang telah diterapkan, Darmin optimis defisit transaksi berjalan akan bergerak menjauh dari teritorial 3%.
"CAD Q2 itu 3%. Kalau digabung Q1 dan Q2, angkanya sekitar 2,6-2,7%. Nah, kalau dilihat kecenderungan, memang dia akan bergerak ke 3%," paparnya.
"Tapi kita kok rasanya akan bergerak ke 2,5% di akhir tahun nanti. 2,5% sampai 2,6%. Itu akumulasi setahun setelah diterapkan B20, pengendalian impor dan sebagainya."
(roy/roy) Next Article Defisit Migas Bikin CAD Melebar, Bagaimana Dampak B20?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular