
Downside Risk, Ekonomi RI 2019 Berpotensi Tumbuh 5,15%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 September 2018 19:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berpeluang untuk kembali tumbuh di angka 5,1%, meskipun target yang ditetapkan di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 dipatok 5,3%.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengungkapkan, proyeksi tersebut merupakan downside risk dari sikap (stance) Bank Indonesia (BI) yang cenderung menerapkan moneter ketat (hawkish) dalam menyikapi dinamika perekonomian global.
"Kenaikan Fed Fund Rate, pasti akan diterjemahkan ke suku bunga acuan dalam negeri dan ada dampaknya ke ekonomi. BI bilang masih hawkish, ada implikasinya, maka ada potensi pertumbuhan 5,15% tahun depan itu," kata Suahasil, Jumat (14/9/2018).
Kenaikan suku bunga bukan tanpa konsekuensi. Biasanya kenaikan suku bunga acuan cepat tertransmisikan dengan kenaikan bunga kredit perbankan. Kondisinya berbeda bila bunga acuan turun di mana bank cenderung lambat turunkan bunga kredit.
Namun, stabilitas menjadi prioritas utama hingga tahun depan, mengingat dinamika ketidakpastian ekonomi global masih bakal berlanjut. Namun, pemerintah merasa pertumbuhan ekonomi tahun depan masih bisa tumbuh sesuai target.
"Karena dalam penghitungan 5,3%, itu sudah masuk kalkulasi kenaikan bunga. Tahun depan kita tetap mengharapkan investasi, ekspor, dan konsumsi rumah tangga membaik," tegasnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 diproyeksikan berada di kisaran 5,14% - 5,21% atau lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2018 sebesar 5,4%.
Proyeksi tersebut dikemukakan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR dengan agenda pembahasan RAPBN 2019 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
"Sepanjang 2018, pertumbuhan ekonomi kami perkirakan 5,14% sampai 5,21%. Itu baseline," kata Sri Mulyani, Kamis (13/9/2018).
(roy) Next Article BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 5,1% - 5,5% pada 2020
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengungkapkan, proyeksi tersebut merupakan downside risk dari sikap (stance) Bank Indonesia (BI) yang cenderung menerapkan moneter ketat (hawkish) dalam menyikapi dinamika perekonomian global.
Namun, stabilitas menjadi prioritas utama hingga tahun depan, mengingat dinamika ketidakpastian ekonomi global masih bakal berlanjut. Namun, pemerintah merasa pertumbuhan ekonomi tahun depan masih bisa tumbuh sesuai target.
"Karena dalam penghitungan 5,3%, itu sudah masuk kalkulasi kenaikan bunga. Tahun depan kita tetap mengharapkan investasi, ekspor, dan konsumsi rumah tangga membaik," tegasnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 diproyeksikan berada di kisaran 5,14% - 5,21% atau lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2018 sebesar 5,4%.
Proyeksi tersebut dikemukakan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR dengan agenda pembahasan RAPBN 2019 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
"Sepanjang 2018, pertumbuhan ekonomi kami perkirakan 5,14% sampai 5,21%. Itu baseline," kata Sri Mulyani, Kamis (13/9/2018).
(roy) Next Article BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 5,1% - 5,5% pada 2020
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular