Moody's: Likuiditas di Asia Masih Ketat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2018 10:12
Lembaga pemeringkat Moody's menilai keketaan likuiditas di Asia menurun. Namun secara umum likuiditas masih cenderung ketat.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat Moody's menilai keketatan likuiditas di Asia menurun, yang menandakan kondisi likuiditas sudah lebih baik. Namun secara umum likuiditas masih cenderung ketat. 

Mengutip riset Moody's, Kamis (13/9/2018), nilai Liquidity Stress Indicator (LSI) Asia pada Agustus 2018 adalah 31,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 32,7%. Ini menjadi kali pertama ada perbaikan setelah 6 bulan beruntun LSI bergerak naik. 

"Walau ada perbaikan Agustus dibandingkan Juli, tetapi likuiditas tetap ketat. LSI masih di atas rata-rata selama 12 bulan terakhir yaitu 28,3%," kata Brian Grieser, Vice President dan Senior Credit Officer Moody's melalui siaran tertulis. 

Grieser menambahkan, lemahnya likuiditas pada 2018 disebabkan oleh naiknya ketergantungan terhadap pembiayaan jangka pendek. Ini membuat likuiditas cenderung ketat karena tingginya pembayaran kewajiban jangka pendek. 

Di Asia Tenggara, LSI pada Agustus berada di 29,6%, sama seperti bulan sebelumnya. Sedangkan di Indonesia, LSI Agustus juga sama seperti Juli yaitu di 23,3%. 

Kemarin, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan untuk menaikkan suku bunga penjaminan. Rapat Dewan Komisioner LPS edisi September 2018 memutuskan suku bunga penjaminan simpanan rupiah naik 25 basis poin (bps) menjadi 6,5%. Sedangkan suku bunga penjaminan simpanan valas naik 50 bps menjadi 2%. 

Alasan utama kenaikan ini adalah ketatnya likuiditas. Kenaikan suku bunga penjaminan untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) diharapkan mampu menambah likuiditas perbankan. 

"Perkembangan Suku Bunga Pasar (SBP) simpanan 62 bank benchmark rupiah terpantau masih naik. SBP rupiah naik 12 bps menjadi 5,66% pada periode obervasi yaitu 6 Agustus hingga 4 September 2018," jelas Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah. 

Kemudian, ketatnya likuiditas juga tercermin dari kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 92,13% pada Juni menjadi 93,11% pada Juli. Pertumbuhan DPK pun turun menjadi 6,99% di bulan berikutnya.

"Risiko likuiditas diperkirakan masih cukup tinggi pada periode September-Desember 2018 yang antara lain dipicu potensi kenaikan Fed rate, penguatan dolar AS, kekhawatiran dampak eskalasi perang dagang, serta volatilitas pasar finansial yang tinggi," jelas Halim.




(aji/roy) Next Article LPS: Marjin Bunga Bersih Bank RI Tertinggi di Dunia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular