
China Serang AS Via WTO, Harga Emas Terendah Dalam 2 Pekan
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 September 2018 12:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak melemah sebesar 0,33% ke US$1.198,2/troy ounce, pada perdagangan hari ini Rabu (12/9/2018) hingga pukul 11.38 WIB hari ini.
Dengan pergerakan tersebut harga sang logam mulia tak mampu melanjutkan penguatan pada hari Senin (11/9/2018) sebesar 0,2%. Harga emas kembali meninggalkan level US$1.200/troy ounce, dan kini sudah jatuh ke level terendahnya dalam lebih dari 2 pekan terakhir.
BACA: Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Energi negatif bagi penguatan harga emas hari ini datang dari tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang makin memanas, setelah China melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memberikan sanksi bagi Negeri Paman Sam.
Beijing telah melapor kepada WTO mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu. China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
Perkembangan ini kian memanaskan friksi dagang Washington-Beijing. Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global. Jika hubungan AS-China terus memburuk, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia.
Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven.
Dan saat ini, instrumen safe haven yang menjadi favorit investor adalah dolar AS. Akibat menjadi buruan investor, greenback pun jadi punya amunisi yang cukup untuk bergerak menguat.
Terlebih, data-data ekonomi positif AS masih terus membawa berita positif. Teranyar, pembukaan lapangan kerja (Job Openings and Labor Turnover Summary/JOLTS) periode Juli 2018 tercatat 6,94 juta, yang merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah. Capaian tersebut mampu melampaui ekspektasi pasar sebesar 6,68 juta.
Data ini bisa semakin mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini. Berdasarkan CME Fedwatch hari ini, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mencapai 98,4%.
Kenaikan suku bunga ditempuh untuk mengerem laju perekonomian AS yang semakin kencang agar tidak terjadi overheating. Meski tujuannya untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, tetapi kenaikan suku bunga acuan punya dampak lain yaitu menarik arus modal. Saat suku bunga naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan naik sehingga menarik minat investor.
Akibatnya, arus modal berkerumun di sekitar dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut. Harga greenback pun bisa semakin mahal.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang Negeri Adidaya. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal, sehingga menekan permintaan sang logam mulia.
(RHG/gus) Next Article Harga Emas Menuju Pelemahan Bulanan 5 Sesi Beruntun
Dengan pergerakan tersebut harga sang logam mulia tak mampu melanjutkan penguatan pada hari Senin (11/9/2018) sebesar 0,2%. Harga emas kembali meninggalkan level US$1.200/troy ounce, dan kini sudah jatuh ke level terendahnya dalam lebih dari 2 pekan terakhir.
BACA: Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Beijing telah melapor kepada WTO mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu. China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA.
Perkembangan ini kian memanaskan friksi dagang Washington-Beijing. Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global. Jika hubungan AS-China terus memburuk, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia.
Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven.
Dan saat ini, instrumen safe haven yang menjadi favorit investor adalah dolar AS. Akibat menjadi buruan investor, greenback pun jadi punya amunisi yang cukup untuk bergerak menguat.
Terlebih, data-data ekonomi positif AS masih terus membawa berita positif. Teranyar, pembukaan lapangan kerja (Job Openings and Labor Turnover Summary/JOLTS) periode Juli 2018 tercatat 6,94 juta, yang merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah. Capaian tersebut mampu melampaui ekspektasi pasar sebesar 6,68 juta.
Data ini bisa semakin mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini. Berdasarkan CME Fedwatch hari ini, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mencapai 98,4%.
Kenaikan suku bunga ditempuh untuk mengerem laju perekonomian AS yang semakin kencang agar tidak terjadi overheating. Meski tujuannya untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, tetapi kenaikan suku bunga acuan punya dampak lain yaitu menarik arus modal. Saat suku bunga naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan naik sehingga menarik minat investor.
Akibatnya, arus modal berkerumun di sekitar dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut. Harga greenback pun bisa semakin mahal.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang Negeri Adidaya. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal, sehingga menekan permintaan sang logam mulia.
(RHG/gus) Next Article Harga Emas Menuju Pelemahan Bulanan 5 Sesi Beruntun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular