Jelang Rapat The Fed, Harga Emas Dunia Jatuh ke Zona Merah

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
25 September 2018 12:44
Harga emas COMEX kontrak  Desember 2018 terkoreksi  0,08% ke US$1.203,4/troy ounce, pada perdagangan hari ini
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 terkoreksi tipis sebesar 0,08% ke US$1.203,4/troy ounce, pada perdagangan hari ini Selasa (25/9/2018) hingga pukul 12.07 WIB.

Dengan pergerakan tersebut, harga sang logam mulia gagal melanjutkan penguatan di awal pekan sebesar 0,26%. Energi negatif bagi pergerakan harga hari ini datang dari dolar Amerika Serikat (AS) yang jadi buruan investor jelang rapat The Federal Reserve/The Fed. 



Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,16% pada pukul 12.08 WIB. Penguatan indeks ini nampak makin nyata hari ini.

Penguatan dolar AS didukung oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah yang masih mendaki. Pada pukul 11.53 WIB, yield obligasi AS tenor 10 tahun berada di 3,098%, tertinggi sejak bulan Mei lalu.

Kenaikan yield merupakan sinyal bullish bagi dolar AS. Sebab, yield menandakan harga obligasi sedang turun, berarti permintaan sedang kurang semarak. 

Artinya, pelaku pasar justru sedang optimistis, karena obligasi adalah instrumen jangka panjang. Saat pasar pesimistis, permintaan obligasi justru meningkat karena investor khawatir dengan risiko jangka pendek. 

Oleh karena itu, saat ini pelaku pasar tengah dalam kepercayaan tinggi terhadap prospek ekonomi AS dalam jangka pendek. Optimisme ini dibarengi dengan aksi borong terhadap dolar AS.

Terlebih, dolar AS bakal mendapatkan energi tambahan berupa kenaikan suku bunga acuan. Dalam rapat 26 September, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan setidaknya 25 basis poin (bps).

Mengutip CME Fedwatch, peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat tersebut mencapai 93,8%. Sementara probabilitas kenaikan 50 bps adalah 6,2%.

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat imbalan berinvestasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap, ikut terkerek naik. Memegang dolar AS saja sudah menguntungkan, karena kenaikan suku bunga akan menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang ini akan terjaga.

Oleh karena itu, kenaikan suku bunga akan membuat arus modal berbondong-bondong ingin masuk ke AS. Ditopang kencangnya aliran dana yang masuk, penguatan dolar AS memang sulit dihentikan.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang Negeri Paman Sam. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal, sehingga mampu menggerus permintaan sang logam mulia. Persepsi penurunan permintaan akhirnya diterjemahkan ke koreksi harga.

(RHG/gus) Next Article Harga Emas Menuju Pelemahan Bulanan 5 Sesi Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular