Omong Kosong Fundamental Ekonomi RI Kuat, Benarkah?

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
10 September 2018 14:24
Permasalahan Domestik Membuat Pelemahan Rupiah Makin Parah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Meski demikian, melihat fakta bahwa performa rupiah menjadi salah satu yang terburuk di Asia, tentunya harus diakui bahwa ada yang salah di perekonomian domestik. Bahkan, mata uang negara seperti Baht Thailand dan Ringgit Malaysia tidak jatuh sedalam rupiah.

Penyakit domestik Indonesia tidak lain adalah makin melebarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan.

Sayang, sejak tahun 2011, Indonesia tidak pernah menikmati surplus di neraca ini. Artinya, devisa dari sisi ekspor barang dan jasa lebih banyak yang keluar ketimbang yang masuk. Dampaknya, rupiah seakan berdiri tanpa pijakan yang kuat.

CAD pada kuartal II-2018 bahkan mencapai US$8,03 miliar atau 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Melebar cukup besar dari capaian kuartal I-2018 yang sebesar US$5,7 miliar atau 2,2% PDB. Apabila ditarik secara historis, CAD kuartal II-2018 merupakan yang terparah dalam 4 tahun terakhir, atau sejak kuartal II-2014 sebesar 4,3% PDB.



Celakanya, saat ini investor global sepertinya tengah menyoroti transaksi berjalan di negara-negara berkembang. Pasalnya, arus modal portofolio hampir dipastikan kering karena tersedot ke AS. Oleh karena itu, semestinya memang transaksi berjalan yang menopang nilai tukar.

Faktor ini ini yang membuat selama beberapa waktu terakhir investor cenderung meninggalkan negara-negara berkembang dengan transaksi berjalan yang defisit. Sebab, negara yang mengidap 'penyakit' itu akan sulit mengalami apresiasi kurs karena memang tidak ada yang menopang.

Diawali dari Turki, aksi jual berlanjut ke Argentina Dalam sebulan terakhir, mata uang lira Turki anjlok 24,18% sementara peso Argentina merosot 38,45%. Sebagai informasi, pada tahun 2017, CAD Turki dan Argentina masing-masing mencapai -5,5% dan -4,8% dari PDB-nya.



Sebaliknya, negara-negara yang mencatat mencatat surplus di transaksi perdagangan nasibnya lebih baik. Pada tahun lalu, Singapura dan Thailand masing-masing mencatatkan surplus transaksi berjalan sebesar 19,5% dan 10,6% dari PDB-nya. Depresiasi mata uang kedua negara itu pun jauh lebih “ringan” dibandingkan rupiah.

(RHG/wed)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular