
Internasional
Tak Hanya Buat Boneka Barbie, Mattel Juga Akan Bikin Film
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 September 2018 17:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Mattel, perusahaan mainan pembuat boneka Barbie yang populer, kini berpaling ke Hollywood setelah penjualannya memburuk.
Mattel pada hari Kamis (6/9/2018) mengatakan telah membuat divisi baru yang bertujuan mengembangkan dan memproduksi film berdasarkan merek-merek ikoniknya. Mattel Films akan dipimpin oleh produser peraih nominasi Academy Award, Robbie Brenner, yang dikenal karena karyanya di film "Dallas Buyers Club," "Mirror Mirror", dan "The Fighter."
Dia akan bertanggung jawab langsung kepada CEO dan Chairman Mattel Ynon Kreiz, yang memiliki pengalaman di industri media dan hiburan, terutama hiburan anak-anak, selama lebih dari dua dekade.
"Generasi anak-anak di seluruh dunia telah tumbuh dengan hubungan emosional yang mendalam dengan merek dan karakter Mattel," kata Brenner dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNBC International. "Ada banyak cerita yang harus diceritakan dan begitu banyak imajinasi yang akan ditangkap oleh merek-merek ikonik ini."
Saham Mattel naik 3,7% dalam perdagangan aftermarket hari Kamis.
Saingan Mattel, Hasbro, telah lebih dulu merambah ke acara televisi, film, dan video online dan telah sukses. Rilisan teatrikal dari film-film "Transformers" saja telah meraup lebih dari US$4,37 miliar di box office internasional.
Hasbro Studios juga memproduksi film online, termasuk "Littlest Pet Shop," "My Little Pony" dan "G.I.J.O.E.," yang masing-masing memiliki lini mainan sendiri.
Mattel sebelumnya telah berkelana ke dalam seri web, meluncurkan toko online dengan merek seperti Barbie, Monster High, dan Polly Pocket. Boneka yang paling terkenal, Barbie, bahkan telah ditampilkan dalam sejumlah film rilisan di dalam negeri tetapi belum pernah menghiasi layar lebar dalam film buatan Mattel sendiri.
Barbie pernah muncul di "Toy Story 2" dan "Toy Story 3" milik Pixar.
Mengawali produksi film bisa menjadi katalisator penjualan untuk Mattel. Seperti industri mainan AS lainnya, Mattel telah terpukul keras oleh bangkrutnya Toys R Us, yang mengalami penurunan penjualan brutonya sebesar 10% pada kuartal kedua karena menutup toko.
Meskipun telah merombak tim manajemen perusahaan, menangguhkan dividennya, dan mengembangkan rencana untuk memotong biaya hingga US$650 juta, perusahaan pembuat Barbie dan Hot Wheels itu tidak dapat menghidupkan kembali penjualannya.
Pada bulan Juli, perusahaan mengatakan akan memangkas 2.200 pekerjaan, atau sekitar 22% dari tenaga kerja non-manufaktur globalnya. Pemutusan hubungan kerja ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perusahaan mengatakan pihaknya menutup kantornya di New York, yang memengaruhi sekitar 100 karyawan.
Mattel telah dirugikan oleh penjualan yang lemah dari merek-merek ikoniknya seperti American Girl Doll dan Fisher-Price karena semakin banyak anak-anak yang tertarik pada video game dan perangkat elektronik ketimbang mainan tradisional.
Usul untuk merambah dunia hiburan ini datang secara tak terduga dari Kreiz. Dia adalah mantan CEO dan ketua Maker Studios, yang dijual ke The Walt Disney Company pada tahun 2014. Sebelumnya dia adalah ketua dan CEO Endemol Group, salah satu perusahaan produksi televisi independen terbesar di dunia.
Sebelumnya dalam karirnya, Kreiz ikut mendirikan Fox Kids Group Eropa, sebuah perusahaan hiburan anak-anak, yang juga diakuisisi oleh Disney pada tahun 2002.
"Mattel adalah rumah bagi salah satu portofolio terbesar di dunia dari waralaba yang dicintai, dan penciptaan Mattel Films akan memungkinkan kita untuk membuka nilai signifikan di hak intelektual kami," kata Kreiz dalam sebuah pernyataan.
Meskipun latar belakang Kreiz meyakinkan, namun tentu ada risiko untuk strategi baru itu.
Hasbro, misalnya, membatalkan usahanya untuk mengoperasikan jaringan kabel televisi dalam kemitraan dengan Discovery. Setelah jaringan gagal mendapatkan daya tarik terhadap Saluran Disney dan Nickelodeon, Hasbro menjual sebagian besar kepemilikannya kepada seorang rekanan.
Mattel dikalahkan oleh Hasbro, yang memiliki kapitalisasi pasar US$12,8 miliar, lebih dari dua kali lipat dari Mattel. Saham Hasbro naik hampir 8% sepanjang tahun lalu, menjadi sekitar US$101 per saham.
Mattel, dengan kapitalisasi pasar US$5,3 miliar, telah mengalami kejatuhan di harga sahamnya sebanyak 1,78% selama setahun terakhir, diperdagangkan sedikit di atas US$15 per saham.
(prm) Next Article Dampak Corona, Mattel Produsen Barbie Tekor Rp 3 T di Q1
Mattel pada hari Kamis (6/9/2018) mengatakan telah membuat divisi baru yang bertujuan mengembangkan dan memproduksi film berdasarkan merek-merek ikoniknya. Mattel Films akan dipimpin oleh produser peraih nominasi Academy Award, Robbie Brenner, yang dikenal karena karyanya di film "Dallas Buyers Club," "Mirror Mirror", dan "The Fighter."
Dia akan bertanggung jawab langsung kepada CEO dan Chairman Mattel Ynon Kreiz, yang memiliki pengalaman di industri media dan hiburan, terutama hiburan anak-anak, selama lebih dari dua dekade.
Saham Mattel naik 3,7% dalam perdagangan aftermarket hari Kamis.
Saingan Mattel, Hasbro, telah lebih dulu merambah ke acara televisi, film, dan video online dan telah sukses. Rilisan teatrikal dari film-film "Transformers" saja telah meraup lebih dari US$4,37 miliar di box office internasional.
Hasbro Studios juga memproduksi film online, termasuk "Littlest Pet Shop," "My Little Pony" dan "G.I.J.O.E.," yang masing-masing memiliki lini mainan sendiri.
Mattel sebelumnya telah berkelana ke dalam seri web, meluncurkan toko online dengan merek seperti Barbie, Monster High, dan Polly Pocket. Boneka yang paling terkenal, Barbie, bahkan telah ditampilkan dalam sejumlah film rilisan di dalam negeri tetapi belum pernah menghiasi layar lebar dalam film buatan Mattel sendiri.
Barbie pernah muncul di "Toy Story 2" dan "Toy Story 3" milik Pixar.
![]() Barbie Produksi Mattel |
Meskipun telah merombak tim manajemen perusahaan, menangguhkan dividennya, dan mengembangkan rencana untuk memotong biaya hingga US$650 juta, perusahaan pembuat Barbie dan Hot Wheels itu tidak dapat menghidupkan kembali penjualannya.
Pada bulan Juli, perusahaan mengatakan akan memangkas 2.200 pekerjaan, atau sekitar 22% dari tenaga kerja non-manufaktur globalnya. Pemutusan hubungan kerja ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perusahaan mengatakan pihaknya menutup kantornya di New York, yang memengaruhi sekitar 100 karyawan.
Mattel telah dirugikan oleh penjualan yang lemah dari merek-merek ikoniknya seperti American Girl Doll dan Fisher-Price karena semakin banyak anak-anak yang tertarik pada video game dan perangkat elektronik ketimbang mainan tradisional.
Usul untuk merambah dunia hiburan ini datang secara tak terduga dari Kreiz. Dia adalah mantan CEO dan ketua Maker Studios, yang dijual ke The Walt Disney Company pada tahun 2014. Sebelumnya dia adalah ketua dan CEO Endemol Group, salah satu perusahaan produksi televisi independen terbesar di dunia.
Sebelumnya dalam karirnya, Kreiz ikut mendirikan Fox Kids Group Eropa, sebuah perusahaan hiburan anak-anak, yang juga diakuisisi oleh Disney pada tahun 2002.
"Mattel adalah rumah bagi salah satu portofolio terbesar di dunia dari waralaba yang dicintai, dan penciptaan Mattel Films akan memungkinkan kita untuk membuka nilai signifikan di hak intelektual kami," kata Kreiz dalam sebuah pernyataan.
Meskipun latar belakang Kreiz meyakinkan, namun tentu ada risiko untuk strategi baru itu.
Hasbro, misalnya, membatalkan usahanya untuk mengoperasikan jaringan kabel televisi dalam kemitraan dengan Discovery. Setelah jaringan gagal mendapatkan daya tarik terhadap Saluran Disney dan Nickelodeon, Hasbro menjual sebagian besar kepemilikannya kepada seorang rekanan.
Mattel dikalahkan oleh Hasbro, yang memiliki kapitalisasi pasar US$12,8 miliar, lebih dari dua kali lipat dari Mattel. Saham Hasbro naik hampir 8% sepanjang tahun lalu, menjadi sekitar US$101 per saham.
Mattel, dengan kapitalisasi pasar US$5,3 miliar, telah mengalami kejatuhan di harga sahamnya sebanyak 1,78% selama setahun terakhir, diperdagangkan sedikit di atas US$15 per saham.
(prm) Next Article Dampak Corona, Mattel Produsen Barbie Tekor Rp 3 T di Q1
Most Popular