Trump Siap Perang Dagang dengan Jepang, Harga Emas Reli

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 September 2018 13:21
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,15% ke US$1.206,1/troy ounce
Foto: REUTERS/Ints Kalnins/
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,15% ke US$1.206,1/troy ounce, pada perdagangan hari ini Jumat (7/9/2018) hingga pukul 13.00 WIB hari ini.

Dengan pergerakan tersebut harga logam mulia ini melanjutkan relinya, menguat selama 3 hari berturut-turut.

Energi positif bagi penguatan harga emas hari ini datang dari kekhawatiran investor terhadap kabar bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) kini mengincar Jepang sebagai target "perang dagang" berikutnya. Padahal, balas bea masuk AS-China justru ada di depan mata.



Berdasarkan laporan CNBC International TV kemarin, Trump memberitahu kolumnis Wall Street Journal bahwa di akan mengangkat isu perdagangan dengan Jepang.

Sebelumnya, orang no.1 di AS ini telah menabuh genderang perang dengan China, Kanada, dan bahkan "kawan lama" Uni Eropa. Trump berulang kali menuduh negara lain mendevaluasi nilai tukarnya, dan menempatkan AS di posisi yang tidak menguntungkan.

Investor juga dibayangi oleh memanasnya perang dagang antara AS dan China. Tahapan dengar pendapat atas rencana pengenaan bea masuk baru atas impor produk China senilai US$ 200 miliar akan berakhir pada Kamis ini waktu AS. Kabarnya, Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi bea masuk ini segera setelah tahapan dengar pendapat selesai. 

Sampai saat ini belum ada berita dari Gedung Putih maupun cuitan Donald Trump mengenai hal ini. Namun kemungkinan pengenaan bea masuk baru ini menjadi terbuka lebar setelah Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$ 36,8 miliar pada bulan Juli, naik 10% YoY.

Apalagi, sepertinya Trump masih galak terhadap China. Jika sikap galak ini bertahan, maka bukan tidak mungkin dia akan segera mengeksekusi bea masuk tersebut.  

"Kami akan melanjutkan pembicaraan dengan China. Namun untuk saat ini sepertinya belum ada kesepakatan. Oleh karena itu, kami akan memungut bea masuk dari China dengan potensi miliaran dolar," tegas Trump beberapa hari yang lalu, dikutip dari Reuters.

Akibat risiko global yang semakin tinggi, kini investor pun ramai-ramai mengalihkan asetnya ke instrumen aman (safe haven). Setelah sebelumnya dolar AS selalu menjadi pilihan safe haven, kini investor nampaknya lebih memilih Jepang Yen. Mata uang Negeri Sakura memang sering dianggap sebagai instrumen safe haven yang lebih genuine.

Hal ini tercermin dari greenback yang bergerak melemah sebesar 0,12% terhadap Jepang Yen hingga pukul 13.00 WIB hari ini. Sementara itu, Dollar Index, yang menceminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, juga tercatat terkoreksi tipis 0,01% di saat yang bersamaan.

Momentum tersebut lantas dimanfaatkan oleh harga emas untuk menguat. Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal, sehingga menekan permintaan sang logam mulia.

Apalagi harga emas sudah jatuh cukup dalam, yakni sebesar 2% lebih pada bulan Agustus 2018. Harga emas sekarang sudah cukup murah bagi investor untuk melakukan aksi beli.

Meski demikian, sejatinya emas belum bisa bernafas lega. Pasalnya, dolar AS masih punya amunisi untuk menguat. Amunisi itu adalah rilis angka pengangguran Negeri Paman Sam malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Agustus 2018 di 3,8%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,9%.

Jika angka pengangguran benar-benar turun, maka peluang The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif kian terbuka. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin ke 2-2,5% mencapai 99% alias hampir pasti.

Dolar AS pun bisa punya alasan untuk berbalik menguat. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS akan naik, dan ini tentu menarik minat investor yang mencari cuan. 

(RHG/gus) Next Article Harga Emas Menuju Pelemahan Bulanan 5 Sesi Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular