
Internasional
Dipantau Trump, China Tak Akan Biarkan Yuan Terus Melemah
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
07 September 2018 12:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China bersiap untuk membiarkan mata uangnya melemah demi menyokong para eksportir negara itu di tengah perang dagang yang berkecamuk, kata para pakar kepada CNBC International.
Namun, kata mereka, Beijing akan mencegah segala bentuk depresiasi yang tak terkendali dalam nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas angka 7. Level tersebut sensitif secara politik karena Washington bisa saja memberi cap manipulator mata uang kepada China.
Pada hari Kamis (6/9/2018) siang, yuan berada di posisi 6,84 terhadap greenback.
Kebijakan mata uang Beijing berada di persimpangan bulan ini. Proyeksi untuk yuan sangat bergantung pada keputusan pemerintah AS dalam mewujudkan ancamannya, yaitu kembali menerapkan tarif impor terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.975 triliun).
"Dalam sebuah skenario di mana terdapat kenaikan tarif impor mendadak, katakanlah mendekati 20% ketimbang 10% diiringi lebih banyak ancaman yang akan datang, kami menduga penetapan batas 7 yuan China itu lebih mungkin daripada tidak dilanggar," kata Rodrigo Catril, strategis mata uang senior di National Australia Bank, merujuk pada pelemahan yuan.
"Untuk saat ini kami mengacu pada skenario yang lebih halus, yang memungkinkan yuan China diperdagangkan di bawah 7."
Mata uang tersebut terdepresiasi selama 11 pekan berturut-turut sejak tanggal 24 Agustus. Rekor pelemahan itu mencerminkan kebijakan moneter yang lebih longgar, perkembangan diskusi dagang AS-China yang setengah-setengah, dan dolar AS yang sangat menguat.
Khawatir dengan arus modal keluar ke pasar negara maju, Beijing mengumumkan langkah-langkah untuk menstabilkan mata uang yang dikelolanya.
Langkah tersebut termasuk metode kalkulasi bernama counter-cyclical factor (CCF) yang bertujuan untuk mempertahankan nilai tengah harian yuan tetap di nilai yang relatif stabil. Secara sederhana, strategi itu muncul untuk melindungi mata uang dari serangan para spekulan pasar.
"Tekanan yang terjadi terhadap yuan - pertumbuhan yang lebih lemah dan perang dagang AS-China - nampaknya akan memburuk," kata Teck Leng Tan, Direktur sekaligus Analis Pasar Mata Uang di UBS CIO Wealth Management.
"Para pembuat kebijakan di China juga sudah menunjukkan lebih banyak toleransi terhadap pelemahan yuan, sejalan dengan pasar [mata uang] yang lebih luas. Spekulasi yang ditahan, ketimbang depresiasi langsung, nampaknya menjadi tujuan utama dari CCF."
Tan menambahkan, "Kami tidak bisa mengesampingkan kenaikan signifikan melampaui tujuh yuan terhadap dolar jika perang dagang memanas atau jika data ekonomi China memburuk dalam beberapa bulan ke depan."
Yuan kemungkinan akan berada di posisi 6,95 terhadap dolar AS di akhir tahun, menurut median dari 31 proyeksi di dalam survei CNBC International yang dikumpulkan pada bulan Agustus. Survei itu juga diperbarui untuk turut memperhitungkan langkah stabilitas yang dikeluarkan bank sentral People's Bank of China (PBOC) di akhir Agustus.
"Lebih berat bagi [nilai tukar yuan terhadap dolar] untuk melemah di atas 7 ketimbang bertahan di posisi yang ada karena ada lebih banyak alat kebijakan otoritas China jika keperluannya bertambah untuk semakin menahan tekanan depresiasi yuan," kata Sim Moh Siong selaku Strategis Mata Uang Bank of Singapore.
Tetap saja, Sim mengatakan ada kemungkinan mata uang "sedikit berkedip" di atas 7 terhadap dolar di bawah skenario pelemahan, di mana Presiden AS Donald Trump "segera memberi lampu hijau untuk menerapkan ronde tarif impor kedua terhadap $200 miliar produk impor China dalam satu ketika dan menetapkan [bea masuk] tambahan senilai $200 miliar".
Dalam survei CNBC, Dariusz Kowalczyk selaku Strategis Pasar Berkembang di Credit Agricole serta Patrick Perret-Green selaku Strategis di AdMacro menawarkan prediksi yuan terkuat di posisi 6,65 terhadap dolar. Proyeksi untuk posisi yuan terlemah datang dari Jonathan Pain, penulis sekaligus penerbit The Weekly Pain Report, yaitu 7,25 terhadap dolar.
China menghadapi pengawasan dari Washington, bukan hanya pada persepsi ketidakseimbangan perdagangan tetapi juga kebijakan mata uangnya. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu, Trump berkata China dan Uni Eropa (UE) "pasti" memanipulasi mata uang mereka.
Kementerian Keuangan AS menerbitkan laporan semi-tahunan terkait praktik nilai tukar mata uang asing di bulan Oktober. Meski China tidak disebut sebagai manipulator mata uang di dalam laporan bulan April, negara itu masih masuk ke dalam "daftar pengawasan" Kemenkeu dengan kebijakan mata uang asing yang dipertanyakan.
Nilai tukar dolar/yuan "kemungkinan akan dibatasi di sekitar level saat ini dengan sedikit di atas 6,80, menjelang evaluasi praktik valas tengah tahun di bulan Oktober oleh Kemenkeu AS," kata Koon How Heng, Kepala Strategis Pasar di UOB.
"Namun, bias untuk jangka menengah masih pada pelemahan [yuan] selama tidak ada resolusi jelas dari konflik dagang AS-China."
Beijing ingin menghindari cap manipulator, yang bisa merugikan diri sendiri dan akan mendorong kebijakan dagang AS yang lebih hawkish, kata Rob Carnell selaku Ekonom di ING.
Depresiasi lebih dalam pada yuan, katanya, "akan menjadi pemicu bagi Presiden AS dan meneruskan tuduhan manipulasi mata uang, dan tarif lebih lanjut ... namun jika Anda bisa mengelola mata uang Anda, dan China tentu saja bisa, saya tidak melihat apa yang perlu mereka dapatkan dengan membiarkannya melemah seperti itu."
(prm) Next Article China Takkan Gunakan Pelemahan Yuan Sebagai Senjata Lawan AS
Namun, kata mereka, Beijing akan mencegah segala bentuk depresiasi yang tak terkendali dalam nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas angka 7. Level tersebut sensitif secara politik karena Washington bisa saja memberi cap manipulator mata uang kepada China.
Pada hari Kamis (6/9/2018) siang, yuan berada di posisi 6,84 terhadap greenback.
"Dalam sebuah skenario di mana terdapat kenaikan tarif impor mendadak, katakanlah mendekati 20% ketimbang 10% diiringi lebih banyak ancaman yang akan datang, kami menduga penetapan batas 7 yuan China itu lebih mungkin daripada tidak dilanggar," kata Rodrigo Catril, strategis mata uang senior di National Australia Bank, merujuk pada pelemahan yuan.
"Untuk saat ini kami mengacu pada skenario yang lebih halus, yang memungkinkan yuan China diperdagangkan di bawah 7."
Mata uang tersebut terdepresiasi selama 11 pekan berturut-turut sejak tanggal 24 Agustus. Rekor pelemahan itu mencerminkan kebijakan moneter yang lebih longgar, perkembangan diskusi dagang AS-China yang setengah-setengah, dan dolar AS yang sangat menguat.
Khawatir dengan arus modal keluar ke pasar negara maju, Beijing mengumumkan langkah-langkah untuk menstabilkan mata uang yang dikelolanya.
Langkah tersebut termasuk metode kalkulasi bernama counter-cyclical factor (CCF) yang bertujuan untuk mempertahankan nilai tengah harian yuan tetap di nilai yang relatif stabil. Secara sederhana, strategi itu muncul untuk melindungi mata uang dari serangan para spekulan pasar.
"Tekanan yang terjadi terhadap yuan - pertumbuhan yang lebih lemah dan perang dagang AS-China - nampaknya akan memburuk," kata Teck Leng Tan, Direktur sekaligus Analis Pasar Mata Uang di UBS CIO Wealth Management.
"Para pembuat kebijakan di China juga sudah menunjukkan lebih banyak toleransi terhadap pelemahan yuan, sejalan dengan pasar [mata uang] yang lebih luas. Spekulasi yang ditahan, ketimbang depresiasi langsung, nampaknya menjadi tujuan utama dari CCF."
![]() Mata Uang China, Yuan |
Yuan kemungkinan akan berada di posisi 6,95 terhadap dolar AS di akhir tahun, menurut median dari 31 proyeksi di dalam survei CNBC International yang dikumpulkan pada bulan Agustus. Survei itu juga diperbarui untuk turut memperhitungkan langkah stabilitas yang dikeluarkan bank sentral People's Bank of China (PBOC) di akhir Agustus.
"Lebih berat bagi [nilai tukar yuan terhadap dolar] untuk melemah di atas 7 ketimbang bertahan di posisi yang ada karena ada lebih banyak alat kebijakan otoritas China jika keperluannya bertambah untuk semakin menahan tekanan depresiasi yuan," kata Sim Moh Siong selaku Strategis Mata Uang Bank of Singapore.
Tetap saja, Sim mengatakan ada kemungkinan mata uang "sedikit berkedip" di atas 7 terhadap dolar di bawah skenario pelemahan, di mana Presiden AS Donald Trump "segera memberi lampu hijau untuk menerapkan ronde tarif impor kedua terhadap $200 miliar produk impor China dalam satu ketika dan menetapkan [bea masuk] tambahan senilai $200 miliar".
Dalam survei CNBC, Dariusz Kowalczyk selaku Strategis Pasar Berkembang di Credit Agricole serta Patrick Perret-Green selaku Strategis di AdMacro menawarkan prediksi yuan terkuat di posisi 6,65 terhadap dolar. Proyeksi untuk posisi yuan terlemah datang dari Jonathan Pain, penulis sekaligus penerbit The Weekly Pain Report, yaitu 7,25 terhadap dolar.
China menghadapi pengawasan dari Washington, bukan hanya pada persepsi ketidakseimbangan perdagangan tetapi juga kebijakan mata uangnya. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu, Trump berkata China dan Uni Eropa (UE) "pasti" memanipulasi mata uang mereka.
Kementerian Keuangan AS menerbitkan laporan semi-tahunan terkait praktik nilai tukar mata uang asing di bulan Oktober. Meski China tidak disebut sebagai manipulator mata uang di dalam laporan bulan April, negara itu masih masuk ke dalam "daftar pengawasan" Kemenkeu dengan kebijakan mata uang asing yang dipertanyakan.
Nilai tukar dolar/yuan "kemungkinan akan dibatasi di sekitar level saat ini dengan sedikit di atas 6,80, menjelang evaluasi praktik valas tengah tahun di bulan Oktober oleh Kemenkeu AS," kata Koon How Heng, Kepala Strategis Pasar di UOB.
![]() Pergerakan Mata Uang Emerging Market |
Beijing ingin menghindari cap manipulator, yang bisa merugikan diri sendiri dan akan mendorong kebijakan dagang AS yang lebih hawkish, kata Rob Carnell selaku Ekonom di ING.
Depresiasi lebih dalam pada yuan, katanya, "akan menjadi pemicu bagi Presiden AS dan meneruskan tuduhan manipulasi mata uang, dan tarif lebih lanjut ... namun jika Anda bisa mengelola mata uang Anda, dan China tentu saja bisa, saya tidak melihat apa yang perlu mereka dapatkan dengan membiarkannya melemah seperti itu."
(prm) Next Article China Takkan Gunakan Pelemahan Yuan Sebagai Senjata Lawan AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular