
Sempat Menguat, Rupiah Kembali Loyo 0,02% di Hadapan Yuan
alfado agustio, CNBC Indonesia
07 September 2018 11:08

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah kembali lesu di hadapan yuan, setelah kemarin sempat menguat. Intervensi bank sentral dan pergerakan aliran modal asing disinyalir menjadi penyebabnya.
Pada Jumat (7/9/2018), pukul 10:30 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.177,09. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan perdagangan kemarin.
Bank sentral China (The People's Bank of China/PBoC) kembali memperkuat kurs tengah yuan. PBoC menetapkan kurs tengah di posisi CNY 6.8212 dari sebelumnya CNY 6.8217. Penguatan tersebut ditengarai melihat kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Presiden AS Donald Trump, berencana mengeksekusi pengenaan bea masuk impor bagi produk China senilai US$200 miliar. Rencana ini akan dilaksanakan setelah tahap jajak pendapat selesai pada Kamis ini waktu AS. Meskipun masih simpang siur, peluang rencana ini dilakukan cukup besar.
Pasalnya, Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$36,8 miliar pada Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Di sisi lain, defisit neraca dagang AS secara total adalah sebesar US$50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Kondisi ini mendorong PBoC memperkuat kurs tengahnya guna meredam konflik yang ada. Sebab, jika yuan diperkuat maka produk China pun kurang kompetitif di pasar AS sehingga mengerem defisit perdagangan AS, sehingga Trump bisa mempertimbangkan kembali rencana tersebut.
Di sisi lain, aliran modal asing di Indonesia siang ini cukup deras keluar. Hingga pukul 10:41 WIB, Aksi jual investor asing telah mencapai Rp 94,46 miliar. Situasi ini semakin mempersulit pergerakan rupiah untuk menguat terhadap mata uang global, termasuk yuan.
Sementara itu, pelemahan yang ada semakin memantapkan harga jual yuan di atas Rp 2.200/yuan. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:45 WIB:
Pada Jumat (7/9/2018), pukul 10:30 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.177,09. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan perdagangan kemarin.
Presiden AS Donald Trump, berencana mengeksekusi pengenaan bea masuk impor bagi produk China senilai US$200 miliar. Rencana ini akan dilaksanakan setelah tahap jajak pendapat selesai pada Kamis ini waktu AS. Meskipun masih simpang siur, peluang rencana ini dilakukan cukup besar.
Pasalnya, Kementerian Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan AS dengan China menyentuh rekor tertinggi, yaitu US$36,8 miliar pada Juli, naik 10% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Di sisi lain, defisit neraca dagang AS secara total adalah sebesar US$50,1 miliar, naik 9,5% YoY. Ini merupakan defisit terdalam selama 5 bulan terakhir.
Kondisi ini mendorong PBoC memperkuat kurs tengahnya guna meredam konflik yang ada. Sebab, jika yuan diperkuat maka produk China pun kurang kompetitif di pasar AS sehingga mengerem defisit perdagangan AS, sehingga Trump bisa mempertimbangkan kembali rencana tersebut.
Di sisi lain, aliran modal asing di Indonesia siang ini cukup deras keluar. Hingga pukul 10:41 WIB, Aksi jual investor asing telah mencapai Rp 94,46 miliar. Situasi ini semakin mempersulit pergerakan rupiah untuk menguat terhadap mata uang global, termasuk yuan.
Sementara itu, pelemahan yang ada semakin memantapkan harga jual yuan di atas Rp 2.200/yuan. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:45 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.080,00 | Rp 2.232,00 |
Bank BRI | Rp 2.103,86 | Rp 2.258,92 |
Bank BCA | Rp 2.101,00 | Rp 2.229,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Intervensi China Berlanjut, Rupiah Melemah Lagi Terhadap Yuan
Most Popular