Harga Minyak Anjlok 1%, Ini 3 Penyebabnya

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
06 September 2018 10:17
Harga minyak anjlok 1% lebh hari ini, ada 3 penyebabnya.
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 amblas 1,65% ke level US$77,27/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 juga anjlok 1,15% ke US$68,72/barel, pada penutupan perdagangan hari Rabu (6/9/2018).

Berbagai macam sentimen negatif membayangi harga minyak kemarin, utamanya datang dari terhindarnya bencana badai Gordon di Teluk Meksiko, perang dagang global, dan turunnya cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih sedikit dari perkiraan.

Harga Minyak Anjlok Foto: Raditya Hanung


Pertama, ancaman Badai Gordon yang dikhawatirkan menjadi angin topan kini mereda. Badai ini juga diramal akan melemah, hanya beberapa jam setelah menyebabkan longsor di perbatasan Alabama-Mississippi. Alhasil, beberapa perusahaan energi dan operator pelabuhan di sepanjang pesisir teluk AS kini sudah melanjutkan operasinya.

Sebelumnya, beberapa perusahaan minyak di Teluk AS atau Teluk Meksiko bagian Utara menyatakan telah mengevakuasi dan menutup produksi minyak di kilang offshore-nya.

Secara keseluruhan, berhentinya operasi perusahaan-perusahaan itu mengakibatkan hilangnya produksi 315.992 barel minyak selama dua hari terahir. Sebagai informasi, produksi offshore di teluk tersebut juga berkontribusi bagi 17% total produksi minyak AS.
Saat ancaman Badai Gordon berkurang, sentimen disrupsi pasokan minyak ke AS pun menyusut. Alhasil, hal tersebut memberikan tekanan bagi harga sang emas hitam kemarin.

Kedua, cadangan minyak mentah AS menurun ke 1,17 juta barel ke 404,5 juta barel pada pekan lalu, seperti diumumkan oleh American Petroleum Institute (API). Penurunan itu lebih sedikit dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 1,3 juta barel.

Sementara itu, stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma (pusat pengiriman minyak mentah ke AS), naik 631.000 barel. Kemudian, stok Bahan Bakar Minyak (BBM) AS dilaporkan naik 1 juta barel, jauh di atas konsensus Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 810.000 barel.
Sebagai informasi, data resmi dari US Energy Information Administration (EIA) akan diumumkan pada malam ini pukul 21.00 WIB.

Ketiga, potensi memanasnya perang dagang antara AS dan China. Hari ini, tahapan dengar pendapat untuk aturan pengenaan bea masuk baru bagi impor produk China senilai US$200 miliar akan berakhir. Beredar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera mengeksekusi kebijakan tersebut segera setelah tahapan dengar pendapat selesai.

Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammad Barkindo memperkirakan perang dagang global akan memukul permintaan energi dunia.

"Perselisihan dagang yang sedang berkembang di antara beberapa mitra (dagang) utama di dunia akan melukai pertumbuhan (ekonomi global) dan sebagai perpanjangannya adalah permintaan untuk energi," ujar Barkindo di Cape Town kemarin, seperti dikutip dari Reuters.
Keempat, setelah Turki dan Argentina, kini giliran ekonomi Afrika Selatatan (Afsel) yang terpukul. Perekonomian terbesar di Benua Afrika ini resmi jatuh ke jurang resesi setelah mengalami kontraksi ekonomi 0,7% pada kuartal II-2018. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Afsel juga terkontraksi 2,6%

Merespons data tersebut, mata uang rand amblas 3,3% pada perdagangan kemarin lusa. Pelemahan itu berlanjut dengan koreksi sebesar 0,65% pada perdagangan kemarin. Sejak awal tahun, mata uang Negeri Nelson Mandela sudah anjlok 24,86%, hingga perdagangan kemarin.
Kondisi ekonomi yang pelik juga dialami negara berkembang lain, yakni Indonesia. Hingga akhir perdagangan kemarin lusa, rupiah melemah 0,81% di pasar spot ke level Rp 14.930/dolar AS. Kini,rupiah tidak hanya menyentuh posisi terlemah sepanjang 2018. Namun juga menjadi yang terlemah sejak Juli 1998, kala Indonesia babak-belur dihajar krisis ekonomi-sosial-politik.

"Jika pasar negara berkembang semakin buruk....akan memberikan dampak bagi pasar minyak mentah," ujar Greg Mc Kenna, chief market strategist di AxiTrader, seperti dilansir oleh Reuters.

Keempat sentimen negatif itu nampaknya masih berlanjut pada hari ini. Hingga pukul 9.30 WIB hari ini, harga light sweet yang menjadi acuan di AS melemah 0,23% ke US$68,56/barel. Sedangkan brent yang menjadi acuan di Eropa juga terkoreksi 0,25% ke US$77,08/barel.
(gus) Next Article Krisis Pasokan di Venezuela, Harga Minyak Melambung Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular