Kemarin Babak Belur, Hari Ini Harga Minyak Mulai Bangkit

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 August 2018 10:55
Harga minyak mulai merangkak naik hari ini pasca dihajar habis-habisan pada perdagangan kemarin
Foto: skkmigas.go.id
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 menguat 0,30% ke level US$72,50/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 naik 0,13% ke US$67,03/barel pada perdagangan hari ini Selasa (07/08/2018) hingga pukul 10.30 WIB.

Harga minyak mampu sedikit rebound pasca dihajar habis-habisan pada perdagangan kemarin oleh pusaran perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Sebagai informasi, kemarin harga sang emas hitam kompak ditutup anjlok 3% lebih.

Kemarin Babak Belur, Hari Ini Harga Minyak Mulai Bangkit


Harga lightswet yang menjadi acuan di AS bahkan jatuh ke level terendahnya nyaris dalam 7 pekan, atau sejak 21 Juni 2018.
China pada hari Rabu (08/08/2018) mengumumkan akan memberlakukan bea masuk baru sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk made in USA yang menjadi korban.

Kementerian Perdagangan China menyebutkan bea masuk baru ini mulai berlaku efektif pada 23 Agustus. Pada hari yang sama, AS memang berencana mengenakan bea masuk 25% untuk importasi produk China sebesar US$16 miliar. Jadi, langkah China adalah counter-attack atas serangan Negeri Paman Sam.

Perang dagang (bila berlangsung lama) akan membuat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia terancam. Kala perdagangan dan pertumbuhan ekonomi melambat, maka permintaan energi pun ikut turun. Persepsi ini membuat harga minyak terjun bebas. Apalagi produk yang diincar China sekarang mencakup minyak mentah dan produk minyak.

Selain itu, faktor lain yang menekan harga minyak kemarin adalah impor minyak mentah China yang masih lemah. Impor minyak mentah memang naik tipis pada bulan Juli 2018, dari bulan sebelumnya sebesar 8,36 juta barel/hari menjadi 8,48 juta barel/hari. Namun, jumlah tersebut masih merupakan salah satu yang terendah di tahun ini.

Penyebab kenaikan impor minyak China yang terbatas tersebut adalah permintaan yang menurun dari kilang minyak independen, yang dikenal dengan nama "teko the/teapot", yang dipandang pasar sebagai indikator dari permintaan riil untuk negara pengkonsumsi minyak terbesar di dunia tersebut.

Data-data dari AS pun tidak cukup banyak membantu. US Energy Information Administration (EIA) mengumumkan bahwa cadangan minyak mentah AS turun sebesar 1,4 juta barel pada pekan lalu, lebih sedikit dari konsensus Reuters yang meramal penurunan sebesar 3,3 juta barel. Selain itu, stok BBM dan produk distilasi (termasuk diesel dan minyak pemanas), malah naik melebihi ekspektasi.

Meski demikian, pada siang ini harga minyak masih mampu perlahan menanjak. Harga minyak yang rendah nampaknya mendorong investor untuk melakukan aksi beli. Di samping itu, investor juga nampaknya masih dibayang-bayangi oleh sanksi dari AS terhadap Iran yang resmi diaktifkan kembali.

Sebagai catatan, apabila Negeri Iran tidak mau bernegosiasi, maka 4 November akan menjadi tenggat waktu untuk jatuhnya sanksi yang lebih berat. Setelah 4 November, bisa-bisa Iran tidak bisa melakukan ekspor minyak. Situasi ini lantas memicu kekhawatiran akan teputusnya pasokan minyak dari Iran, salah satu pengekspor minyak mentah utama di dunia. Dengan adanya sanksi bagi Negeri Persia, Morgan Stanley memprediksi produksi Iran akan jatuh ke 2,7 juta barel per hari di kuartal IV-2018, dengan lebih dari 1 juta barel akan hilang dari pasar.
(gus) Next Article Krisis Pasokan di Venezuela, Harga Minyak Melambung Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular