
Kasus Covid-19 Dunia Tembus 100 Juta, Harga Minyak Galau

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah bergerak galau pada perdagangan hari ini, Jumat (29/1/2021). Perkembangan pandemi Covid-19 dan kebijakan produksi Arab Saudi membuat harga minyak cenderung sideways belakangan ini.
Meski tak kunjung menunjukkan pergerakan yang signifikan harga minyak cenderung terapresiasi sepanjang tahun ini. Secara year to date harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah yang aktif ditransaksiken menguat lebih dari 7%. Namun hari ini harga minyak bergerak mixed.
Pada 10.45 WIB harga kontrak Brent menguat tipis 0,09% ke US$ 55,58/barel. Di saat yang sama kontrak West Texas Intermediate (WTI) melemah tipis 0,04% ke US$ 52,23/barel.
Arab Saudi memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) secara sukarela untuk periode Februari dan Maret. Hal ini dilakukan untuk mengkompensasi keinginan Rusia untuk meningkatkan produksinya. Kebijakan ini membuat harga minyak terdongkrak.
Awal Januari OPEC+ sepakat untuk meningkatkan output sebesar 500 ribu bph, dengan begitu total volume pemangkasan produksi OPEC+ untuk Januari sebesar 7,2 juta bph, turun dari bulan Desember yang masih 7,7 juta bph.
Namun dengan pemangkasan produksi Arab Saudi total pemotongan output yang dilakukan oleh OPEC+ mulai Februari nanti sebanyak 8,125 juta bph. Sentimen lain yang juga turut mengerek naik harga minyak adalah program vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan di berbagai negara di dunia.
Sebenarnya katalis untuk kenaikan harga minyak masih ada. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok minyak mentah Paman Sam pekan lalu berkurang 9,9 juta barel. Namun pasar masih mencemaskan perkembangan pandemi Covid-19 yang terus merebak.
Total kasus Covid-19 di seluruh dunia sudah tembus 100 juta. Lonjakan kasus yang signifikan ini membuat prospek pemulihan permintaan minyak menjadi terancam. Alhasil harga minyak sulit untuk naik lagi.
Di sisi lain, meski vaksinasi Covid-19 sudah mulai berjalan tetapi ketersediaan dan distribusi vaksin Covid-19 masih menjadi kendala di banyak negara sehingga berpotensi membuat lockdown tetap diterapkan.
Pembatasan mobilitas tentu akan membuat permintaan minyak dan bahan bakar menurun, sehingga juga membuat harga minyak terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahan Lama! Harga Minyak Naik Lagi Meski Sudah Nanjak 2 Bulan