
IHSG Sudah Anjlok 3%, Investor Harus Lakukan Apa?
Gita Rossiana & Tito Bosnia, CNBC Indonesia
05 September 2018 11:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menyentuh level terendahnya hingga lebih dari 3% dalam perdagangan sesi I hari ini. Tren tersebut melanjutkan pelemahan IHSG yang ditutup melemah 1,04% ke level 5.905,30 pada perdagangan kemarin Selasa (4/9/18).
Sejak awal tahun, IHSG masih mencatatkan performa yang negatif yaitu -9,88%. Sedangkan selama sebulan terakhir IHSG telah terkoreksi sebesar 6,15%.
Menurut analis Panin Sekuritas William Hartanto, berpendapat tren investor saat ini cukup menarik. Menurutnya, aksi jual (net sell) yang dilakukan oleh investor asing jika diperhatikan jumlahnya cenderung kecil dibandingkan dengan investor lokal.
"Jadi saya simpulkan yang paling panik tentunya investor lokal. Penyebab utama jelas dari rupiah yang tidak kunjung menguat juga padahal sudah dibuatkan banyak peraturan dan upaya penyelamatan," ungkapnya.
Sedangkan untuk investor, wait and see merupakan hal yang perlu dilakukan saat ini. Sehingga pengamatan lebih dalam saham yang tepat untuk berinvestasi secara jangka panjang menjadi rekomendasi bagi para investor.
"Saran untuk investor adalah wait and see, tidak perlu tinggalkan market, tapi juga tidak perlu terlalu cepat beraksi, amati dulu saham yang tepat untuk investasi jangka panjang," tambahnya.
Sementara itu, analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menambahkan para pelaku pasar khususnya investor asing jangan terburu-buru untuk melepas dan keluar dari bursa.
Menurutnya, investor harus lebih bijak dan pintar dalam mengamati segala sentimen yang timbul (salah satunya Rupiah) agar kedepannya bursa dalam negeri bisa bergerak ke arah positif kedepannya. Kontribusi dari para investor agar IHSG terjaga menjadi salah satu faktor yang harus didorong.
"Jangan terburu-buru untuk melakukan sesuatu yang memberikan dampak, kalau bisa dilihat dulu dan sebenarnya (pelemahan rupiah) itu tidak terlalu kenapa-kenapa. Jadi nanti kedepannya yang akan malu ya dari kita sendiri, karena kalau negara lain melihat Indonesia ya dipantau pasar modalnya dulu kan," ujarnya.
Perencana Keuangan Eko Endarto menjelaskan, meski terjadi pelemahan indeks, namun masyarakat tetap berinvestasi di saham dan reksadana. "Kalau untuk kebutuhan jangka panjang, tetap investasi ke saham dan reksadana," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/9/2018).
Selanjutnya, untuk kebutuhan jangka pendek, masyarakat bisa memilih instrumen deposito. Apalagi suku bunga simpanan saat ini mulai beranjak naik.
"Sedangkan yang punya kebutuhan dolar harus simpan, karena risiko kenaikan lebih besar dari sebelumnya," ucap dia.
Sementara untuk instrumen lain yang patut mendapat perhatian adalah investasi di emas karena masih tergolong likuid. Lalu, hindari investasi di properti karena cenderung tidak likuid pada kondisi sekarang.
(roy) Next Article IHSG Goyang! Investor Saham RI Malah Bertambah 237 Ribu
Sejak awal tahun, IHSG masih mencatatkan performa yang negatif yaitu -9,88%. Sedangkan selama sebulan terakhir IHSG telah terkoreksi sebesar 6,15%.
Sedangkan untuk investor, wait and see merupakan hal yang perlu dilakukan saat ini. Sehingga pengamatan lebih dalam saham yang tepat untuk berinvestasi secara jangka panjang menjadi rekomendasi bagi para investor.
"Saran untuk investor adalah wait and see, tidak perlu tinggalkan market, tapi juga tidak perlu terlalu cepat beraksi, amati dulu saham yang tepat untuk investasi jangka panjang," tambahnya.
Sementara itu, analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menambahkan para pelaku pasar khususnya investor asing jangan terburu-buru untuk melepas dan keluar dari bursa.
Menurutnya, investor harus lebih bijak dan pintar dalam mengamati segala sentimen yang timbul (salah satunya Rupiah) agar kedepannya bursa dalam negeri bisa bergerak ke arah positif kedepannya. Kontribusi dari para investor agar IHSG terjaga menjadi salah satu faktor yang harus didorong.
"Jangan terburu-buru untuk melakukan sesuatu yang memberikan dampak, kalau bisa dilihat dulu dan sebenarnya (pelemahan rupiah) itu tidak terlalu kenapa-kenapa. Jadi nanti kedepannya yang akan malu ya dari kita sendiri, karena kalau negara lain melihat Indonesia ya dipantau pasar modalnya dulu kan," ujarnya.
Perencana Keuangan Eko Endarto menjelaskan, meski terjadi pelemahan indeks, namun masyarakat tetap berinvestasi di saham dan reksadana. "Kalau untuk kebutuhan jangka panjang, tetap investasi ke saham dan reksadana," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/9/2018).
Selanjutnya, untuk kebutuhan jangka pendek, masyarakat bisa memilih instrumen deposito. Apalagi suku bunga simpanan saat ini mulai beranjak naik.
"Sedangkan yang punya kebutuhan dolar harus simpan, karena risiko kenaikan lebih besar dari sebelumnya," ucap dia.
Sementara untuk instrumen lain yang patut mendapat perhatian adalah investasi di emas karena masih tergolong likuid. Lalu, hindari investasi di properti karena cenderung tidak likuid pada kondisi sekarang.
(roy) Next Article IHSG Goyang! Investor Saham RI Malah Bertambah 237 Ribu
Most Popular