Peso Rontok, Ada Apa dengan Argentina?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2018 16:02
Ekonomi Domestik Argentina Lumayan Rapuh
Foto: Reuters
Tanpa sokongan arus modal yang memadai, mata uang peso tak berdaya. Sebab, seperti halnya Indonesia, Argentina mengalami masalah defisit di transaksi berjalan (current account). 

Pada akhir kuartal I-2018, transaksi berjalan Argentina membukukan defisit 6,35% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 4,92% PDB. 

Bagi Argentina, pelemahan kurs bukan kabar baik karena negara ini berstatus net importir. Pada Juli 2018, neraca perdagangan Argentina mencatatkan defisit US$0,79 miliar. Lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar US$0,38 miliar maupun periode yang sama pada 2017 yaitu US$0,75 miliar. 



Pelemahan kurs sejatinya adalah puncak dari gunung es dari masalah ekonomi yang melanda Argentina. Dari sisi fiskal, Argentina tengah menjalani periode berat karena masa transisi yang agak ekstrem. 

Sejak 2002, Argentina mematok harga komoditas energi. Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai subsidi dan jaring pengaman sosial. Berbagai fasilitas itu memakan hampir setengah dari anggaran negara di Argentina. 

Setelah Mauricio Macri terpilih jadi presiden pada 2015, dia mengubah pola tersebut. Eks Presiden Boca Juniors, klub sepakbola papan atas Argentina, itu membuat anggaran negara lebih pro pasar. 

Hasilnya mulai terlihat, defisit anggaran Argentina terus menurun, pertanda fiskal yang lebih sehat. Tahun lalu, defisit anggaran Argentina adalah 3,9% PDB. Turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 4,6% PDB. 

 

Namun, pengurangan subsidi berarti rakyat harus membayar lebih mahal. Kebijakan ini menyebabkan laju inflasi melesat. 

Pada Juli 2018, inflasi di Argentina mencapai 31,2% year-on-year (YoY). Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 29,5% YoY. 

Inflasi yang melesat ini sedikit banyak berkontribusi terhadap depresiasi mata uang peso. Ketika inflasi tinggi, maka nilai mata uang semakin turun. Tidak heran bahwa setiap kali inflasi tinggi pasti diiringi dengan depresiasi kurs. 

(aji/prm)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular