Harga Minyak Rekor Tertinggi Dalam 1,5 Bulan, Ini Alasannya

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
30 August 2018 10:35
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 naik 0,14% ke level US$77,25/barel
Foto: skkmigas.go.id
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 naik 0,14% ke level US$77,25/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 juga menguat sebesar 0,19% ke US$69,64/barel pada perdagangan hari ini Kamis (30/08/2018) hingga pukul 10.00 WIB.

Harga minyak masih melanjutkan momentum penguatan signifikan pada perdagangan kemarin.  Pada penutupan perdagangan hari Rabu (29/08/2018), harga light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) dan brent yang menjadi acuan di Eropa, sama-sama menguat di kisaran 1,5%.

Dengan pergerakan hari ini, harga minyak jenis brent masih betah berada di level tertingginya dalam 1,5 bulan terakhir, atau sejak 10 Juli 2018. Sementara itu, harga light sweet juga berada di titik tertingginya di bulan Agustus 2018 ini.



Harga sang emas hitam masih mendapat suntikan energi dari sejumlah sentimen positif. Pertama, dari cadangan minyak mentah AS yang jatuh 2,6 juta barel pada pekan lalu, seperti dilaporkan US Energy Information Administration (EIA). Penurunan itu lebih dalam dari konsensus yang dihimpun Reuters yang meramal pengurangan sebesar 680.000 barel.

Cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) turun 1,6 juta barel, jatuh lebih dalam dari pasar yang mengekspektasikan penambahan sebesar 370.000 barel. Sementara itu, cadangan distilat (termasuk diesel dan minyak pemanas), turun 837.000 barel, juga meleset dari konsensus yang mengestimasikan kenaikan sebesar 1,6 juta barel.

Keduaharga minyak juga ditopang oleh investor yang masih mengkhawatirkan sannksi AS terhadap Iran, yang mana akan menargetkan industri perminyakan Negeri Persia per November 2018. Akibat tekanan dari Negeri Paman Sam tersebut, banyak pembeli minyak mentah dari Iran mulai mengurangi pemesanannya.

Meski Teheran sudah memberikan potongan harga lumayan besar, total volume minyak mentah (termasuk kondensat) yang diekspor Iran diestimasikan hanya sekitar 64 juta barel, atau 2,06 juta barel/hari, pada bulan ini.

Jumlah itu turun lumayan signifikan dari puncaknya di April 2018, yakni sebesar 92,8 juta barel atau 3,09 juta barel/hari.

Ketiga, salah satu anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yakni Angola, merilis rencana pendahuluan ekspor yang mengindikasikan bahwa pengiriman mereka jatuh ke level terendahnya sejak Desember 2006. Penyebabnya adalah kurangnya investasi di infrastruktur yang sudah tua, sehingga membatasi produksi.

Keempat, International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa pasar minyak global dapat lebih seret hingga akhir tahun ini, seiring permintaan yang kuat dan ketidakpastian produksi di beberapa negara produsen.

Kepala IEA, Fatih Birol, menyatakan bahwa masalah utama adalah produksi minyak Venezuela yang runtuh, seperti dikutip dari Reuters. Sebagai tambahan, Birol menyatakan produksi Venezuela terpangkas setengahnya dalam 2 tahun terakhir, menjadi sekitar 1 juta barel/hari. Birol bahkan mengestimasikan produksi Venezuela jatuh lebih dalam di semester II-2018 ini.

Meski demikian, penguatan harga minyak hari ini agak terbatas oleh Bank of America yang memroyeksikan pasokan minyak global dapat menanjak hingga akhir tahun ini, khususnya dari negara-negara non-OPEC.

"Menuju kuartal-IV 2018, kita mengekspektasikan peningkatan produksi minyak dari negara non-OPEC, seiring kelangkaan pasokan mulai dikurangi dan meningkatnya proyek greenfield," tulis bank tersebut, seperti dikutip dari Reuters.

Bank tersebut mengatakan bahwa produksi dari Kanada, Brazil, dan AS, akan memberikan suntikan yang bagi meningkatnya pasokan negara non-OPEC di sepanjang semester II-2018 ini.

BACA: Sentimen Serba Netral, Harga Minyak Stagnan

Kabar buruk lainnya yang membatasi penguatan harga minyak hari ini datang dari perusahaan minyak Norwegia, Equinor, yang merencanakan pengembangan lapangan minyak baru di Brazil, dan meningkatkan produksinya menjadi 90.000 setara barel minyak (SBM)/hari, menjadi antara 300.000-500.000 SBM/hari pada 2030. 

(RHG/gus) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular