
Panen Singkong tidak Moncer, Laba BUDI Turun 13%
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 August 2018 19:59

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) mencatatkan pertumbuhan pendapatan konsolidasi selama Januari-Juni 2018 sebesar Rp 1,19 triliun. Nilai itu lebih tinggi 3,83% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 1,14 triliun. Peningkatan pendapatan tersebut dikontribusi oleh meningkatnya harga jual tepung tapioka sebesar 56%.
Kendati demikian, jika ditelaah lebih detail, secara kuantitas penjualan turun sebesar 29% untuk tapioka dan 7% untuk sweeteners. Hal itu disebabkan panen singkong yang rendah pada semester I-2018 dan memberikan dampak pada penurunan margin laba kotor 13%, sedangkan pada semester I-2017 sebesar 14,8%.
Seiring dengan fakta tersebut, maka laba kotor juga menurun dari Rp 169 miliar pada semester I 2017 menjadi Rp 155 miliar pada semester I 2018 (turun sebesar Rp 14 miliar).
Lebih lanjut, seiring dengan penurunan laba kotor, maka laba usaha juga turun dari Rp 100 miliar pada semester I 2017 menjadi Rp 90 miliar pada paruh kedua tahun ini. Demikian halnya dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang turun dari Rp 26 miliar pada semester I 2017 menjadi Rp 16 miliar pada semester I 2018.
Sementara sampai paruh kedua tahun ini, penjualan ekspor perusahaan masih sebesar 3%. Nilai itu stagnan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Begitu pun dengan penjualan lokal yang masih sebesar 97%.
"Meskipun pasar domestik menawarkan potensi penjualan yang lebih besar, perusahaan tetap memiliki fleksibilitas untuk mengubah strategi pemasaran ke pasar yang lebih menguntungkan yaitu pasar ekspor," ujar Wakil Direktur Utama BUDI Sudarmo Tasmin kepada media saat dijumpai dalam acara Investor Summit 2018, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Kondisi tersebut, tutur Sudarmo, terjadi apabila panen raya singkong di Indonesia yang diïkuti dengan kurangnya pasokan singkong di luar Indonesia. Variabel lain, yaitu terjadi pergerakan kurs mata uang USD/Rp yang signifikan. Imbasnya perusahaan memiliki fleksibilitas tinggi untuk mengalokasikan lebih banyak penjualan produk tepung tapioka ke pasar ekspor.
Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan intermediary consumer product yang secara luas dipakai di industri penghasil kebutuhan sehari-hari, antara lain makanan dan minuman, kertas, kimia dan barang konsumsi lainnya. Indonesia dengan jumlah populasi yang tinggi merupakan pangsa pasar domestik yang besar bagi perusahaan.
(miq/miq) Next Article Fokus Revolusi Industri 4.0, ASGR Tambah Modal AXI Rp 100 M
Kendati demikian, jika ditelaah lebih detail, secara kuantitas penjualan turun sebesar 29% untuk tapioka dan 7% untuk sweeteners. Hal itu disebabkan panen singkong yang rendah pada semester I-2018 dan memberikan dampak pada penurunan margin laba kotor 13%, sedangkan pada semester I-2017 sebesar 14,8%.
Seiring dengan fakta tersebut, maka laba kotor juga menurun dari Rp 169 miliar pada semester I 2017 menjadi Rp 155 miliar pada semester I 2018 (turun sebesar Rp 14 miliar).
Sementara sampai paruh kedua tahun ini, penjualan ekspor perusahaan masih sebesar 3%. Nilai itu stagnan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Begitu pun dengan penjualan lokal yang masih sebesar 97%.
"Meskipun pasar domestik menawarkan potensi penjualan yang lebih besar, perusahaan tetap memiliki fleksibilitas untuk mengubah strategi pemasaran ke pasar yang lebih menguntungkan yaitu pasar ekspor," ujar Wakil Direktur Utama BUDI Sudarmo Tasmin kepada media saat dijumpai dalam acara Investor Summit 2018, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Kondisi tersebut, tutur Sudarmo, terjadi apabila panen raya singkong di Indonesia yang diïkuti dengan kurangnya pasokan singkong di luar Indonesia. Variabel lain, yaitu terjadi pergerakan kurs mata uang USD/Rp yang signifikan. Imbasnya perusahaan memiliki fleksibilitas tinggi untuk mengalokasikan lebih banyak penjualan produk tepung tapioka ke pasar ekspor.
Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan intermediary consumer product yang secara luas dipakai di industri penghasil kebutuhan sehari-hari, antara lain makanan dan minuman, kertas, kimia dan barang konsumsi lainnya. Indonesia dengan jumlah populasi yang tinggi merupakan pangsa pasar domestik yang besar bagi perusahaan.
(miq/miq) Next Article Fokus Revolusi Industri 4.0, ASGR Tambah Modal AXI Rp 100 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular