
Adaro Lirik Pasar India untuk Genjot Ekspor
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
24 August 2018 18:33

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melirik pasar negara-negara berkembang di Asia khususnya India dan kawasan Asia Tenggara dengan meningkatkan penjualan ekspor batu bara milik perseroan.
Dikutip dari keterbukaan perseroan, elektrifikasi di negara-negara berkembang diperkirakan turut mendorong permintaan batu bara yang meningkat. Selain itu, sektor non ketenagalistrikan juga meningkat dengan permintaan batu bara untuk memproduksi semen dan bahan bakar cair.
"Sekitar 300 GW PLTU baru sedang dibangun di Asia dan dalam periode 2018-2020 sekitar 13 GW PLTU akan mulai beroperasi di Asia Tenggara," ungkap manajemen perseroan dalam paparan publik (public expose), Jumat (24//8/2018).
Selain alasan tersebut, perseroan memperkirakan porsi ekspor terus naik menyusul permintaan baja yang meningkat dengan adanya pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang. "Batubara metalurgi adalah komponen utama produksi baja yang tak tergantikan, dan permintaan batubara jenis ini diperkirakan akan mengikuti tingkat pertumbuhan permintaan terhadap baja," ungkap manajemen ADRO.
Hingga semester I tahun ini, produksi batubara perseroan tercatat turun 4% menjadi sebanyak 24,06 juta metrik ton (MT) dibandingkan dengan produksi batubara ADRO pada semester I tahun lalu sebanyak 25,13 juta MT.
Sedangkan penjualan batubara perseroan juga turun 6% menjadi sebanyak 23,81 juta MT. Pada semester I-2017 penjualan batubara ADRO sebanyak 25,27 juta MT.
Pada periode tersebut perseroan mengucurkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 161 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat serta pengembangan aset batubara metalurgi milik perseroan.
"Perseroan di posisi yang tepat untuk mencapai panduan produksi batubara tahun ini pada kisaran 54-56 juta MT," ujar manajemen.
Hingga semester I tahun ini, perseroan memiliki lebih dari 13,5 miliar ton (BT) sumber daya batubara termasuk opsi untuk mengakuisisi 7,9 BT batubara dan sebesar 1,2 BT cadangan batubara.
(gus) Next Article Demi Akuisisi Kestrel, Adaro Korbankan Pertumbuhan Laba
Dikutip dari keterbukaan perseroan, elektrifikasi di negara-negara berkembang diperkirakan turut mendorong permintaan batu bara yang meningkat. Selain itu, sektor non ketenagalistrikan juga meningkat dengan permintaan batu bara untuk memproduksi semen dan bahan bakar cair.
Selain alasan tersebut, perseroan memperkirakan porsi ekspor terus naik menyusul permintaan baja yang meningkat dengan adanya pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang. "Batubara metalurgi adalah komponen utama produksi baja yang tak tergantikan, dan permintaan batubara jenis ini diperkirakan akan mengikuti tingkat pertumbuhan permintaan terhadap baja," ungkap manajemen ADRO.
Hingga semester I tahun ini, produksi batubara perseroan tercatat turun 4% menjadi sebanyak 24,06 juta metrik ton (MT) dibandingkan dengan produksi batubara ADRO pada semester I tahun lalu sebanyak 25,13 juta MT.
Sedangkan penjualan batubara perseroan juga turun 6% menjadi sebanyak 23,81 juta MT. Pada semester I-2017 penjualan batubara ADRO sebanyak 25,27 juta MT.
Pada periode tersebut perseroan mengucurkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 161 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat serta pengembangan aset batubara metalurgi milik perseroan.
"Perseroan di posisi yang tepat untuk mencapai panduan produksi batubara tahun ini pada kisaran 54-56 juta MT," ujar manajemen.
Hingga semester I tahun ini, perseroan memiliki lebih dari 13,5 miliar ton (BT) sumber daya batubara termasuk opsi untuk mengakuisisi 7,9 BT batubara dan sebesar 1,2 BT cadangan batubara.
(gus) Next Article Demi Akuisisi Kestrel, Adaro Korbankan Pertumbuhan Laba
Most Popular