
Booming Komoditas, Laba Adaro Meroket 280% Jadi Rp 6 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pertambangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan laba bersih senilai US$ 420,90 juta atau Rp 6,01 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$) pada akhir September 2021 lalu. Tercatat nilai laba bersih ini melompat 284,81% secara tahunan (year on year/YoY) dari US$ 109,37 jut di periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada kuartal III-2021, nilai laba per saham juga naik menjadi US$ 0,01316 dari sebelumnya senilai US$ 0,00342.
Pada periode ini perusahaan mencatatkan pendapatan US$ 2,56 miliar (Rp 36,73 triliun), tumbuh 31,44% YoY dari sebelumnya US$ 1,95 miliar di akhir September tahun lalu.
Dalam keterangan yang disampaikan perusahaan, kenaikan pendapatan ini karena kenaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebesar 42% YoY.
Perusahaan mencatat produksi batu bara pada periode ini hampir 40 juta ton, turun 4% YoY. Sedangkan volume penjualan batu bara sebanyak 38,86 juta ton, turun 5% YoY.
Pengupasan lapisan penutup mencapai 173,03 Mbcm pada akhir September lalu, atau naik 8% YoY, dan nisbah kupas periode ini mencapai 4,36x. Cuaca yang kurang baik memperlambat aktivitas pengupasan penutup.
Beban pokok pendapatan naik 7% YoY menjadi US$ 1,59 miliar terutama karena kenaikan nisbah kupas maupun biaya penambangan dengan adanya peningkatan harga bahan bakar dan pembayaran royalti yang disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata. Beban usaha naik 1% YoY menjadi US$ 131 juta.
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) operasional US$ 1,149 miliar, atau naik 70% YoY dari US$ 676 juta berkat kenaikan ASP.
"Marjin EBITDA operasional tetap sehat sebesar 45% karena Adaro terus meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya," tulis keterangan tersebut, Rabu (1/12/2021).
Total aset perusahaan sebesar US$ 7,118 miliar naik 10% dari periode yang sama tahun lalu. Aset lancar tercatat sebesar US$ 2,326 miliar, sementara aset non lancar tercatat US$ 4,792 miliar.
Total liabilitas naik 8% menjadi US$ 2,794 miliar dari US$ 2,582 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Liabilitas lancar turun 10% menjadi US$ 1,032 juta terutama karena pembayaran pinjaman bank dan penurunan utang royalti. Liabilitas non lancar naik 22% menjadi US$ 1,762 miliar.
Pada akhir September lalu, tingkat ekuitas perusahaan naik 11% YoY menjadi US$ 4,324 miliar dibandingkan US$ 3,889 miliar pada akhir periode yang sama tahun lalu.
Perusahaan telah menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) US$ 131 juta untuk pembelian dan penggantian alat berat dan biaya pemeliharaan kapal.
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan pada tahun ini kondisi pasar batu bara yang kondusif semakin meningkatkan profitabilitas perusahaan.
"Dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir fundamental pasar batu bara, kami memutuskan untuk melakukan penyesuaian pada target profitabilitas. Karenanya, panduan EBITDA operasional direvisi menjadi US$ 1,75 miliar - US$ 1,90 miliar untuk tahun 2021," kata dia.
(mon/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLTU Mau Dipensiunkan, Emiten Sandiaga Siapkan Strategi Ini