
Boy Thohir Buka Suara Dampak Covid-19 ke Batu Bara & Adaro
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 April 2020 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merevisi target pendapatan maupun laba bersih pada tahun ini. Keputusan tersebut mempertimbangkan dampak dari tertekannya hampir seluruh lini bisnis karena pandemi Covid-19.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi Thohir atau yang biasa disapa Boy Thohir menjelaskan, dampak Covid-19 telah menyebabkan terganggunya permintaan batu bara di India yang sudah menerapkan kebijakan karantina wilayah.
Akan tetapi, menurut Boy Thohir, permintaan batu bara di dalam negeri masih akan tetap ada untuk memasok kebutuhan listrik selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Saya melihat sektor batu bara cukup resilience (memiliki ketahan) di tengah pandemi Covid-19, kita tetap memerlukan listrik," kata Boy Thohir, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (27/4/2020).
Namun demikian, pada tahun ini, lanjut dia, perusahaan akan merevisi target baik dari pendapatan maupun laba bersih. Strategi efisiensi pun dilakukan, termasuk menekan biaya bahan bakar (fuel cost) karena penurunan harga minyak mentah dunia yang cukup drastis belakangan ini.
"Tentunya pasti akan ada revisi dari sisi pendapatan saya yakin tidak akan sebaik tahun lalu, profit akan tertekan. Kami terus melakukan efisiensi, bagaimana bisa survive dalam situasi yang sulit ini," ungkapnya.
Pada tahun 2019, perseroan tercatat membukukan laba bersih US$ 404,19 juta, turun 3,23% dari tahun sebelumnya. Sedangkan, pendapatan Adaro sevesar US$ 3,46 miliar, juga terkoreksi 5% dari tahun sebelumnya.
(hps/hps) Next Article Adaro Tak Kebal dari Covid-19, Laba Semester I-2020 Drop 48%
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi Thohir atau yang biasa disapa Boy Thohir menjelaskan, dampak Covid-19 telah menyebabkan terganggunya permintaan batu bara di India yang sudah menerapkan kebijakan karantina wilayah.
Akan tetapi, menurut Boy Thohir, permintaan batu bara di dalam negeri masih akan tetap ada untuk memasok kebutuhan listrik selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Namun demikian, pada tahun ini, lanjut dia, perusahaan akan merevisi target baik dari pendapatan maupun laba bersih. Strategi efisiensi pun dilakukan, termasuk menekan biaya bahan bakar (fuel cost) karena penurunan harga minyak mentah dunia yang cukup drastis belakangan ini.
"Tentunya pasti akan ada revisi dari sisi pendapatan saya yakin tidak akan sebaik tahun lalu, profit akan tertekan. Kami terus melakukan efisiensi, bagaimana bisa survive dalam situasi yang sulit ini," ungkapnya.
Pada tahun 2019, perseroan tercatat membukukan laba bersih US$ 404,19 juta, turun 3,23% dari tahun sebelumnya. Sedangkan, pendapatan Adaro sevesar US$ 3,46 miliar, juga terkoreksi 5% dari tahun sebelumnya.
(hps/hps) Next Article Adaro Tak Kebal dari Covid-19, Laba Semester I-2020 Drop 48%
Most Popular