Saham BCA Naik 15% Saat Harga Bank BUKU IV Merah

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
24 August 2018 11:08
Harga saham BCA, bank milik Grup Djarum, lebih tinggi dibandingkan harga saham Bank Mandiri dan BRI
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini mungkin akan menjadi momen bersejarah bagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) karena harga saham perseroan sudah menyentuh level harga tertinggi sepanjang masa. Harga saham bank milik Grup Djarum ini memang sedang jadi primadona para investor yang terlihat dari kenaikan harga saham dari awal tahun yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor.

Dari awal tahun hingga perdagangan hari ini, harga saham BCA tercatat sudah naik 14,84% ke level harga 25.150/saham. Angka tersebut berbalik dengan indeks sektoralnya, di mana indeks sektor keuangan pada periode yang sama tercatat terkoreksi 5,01%.

Demikian pula jika dibandingkan dengan kompetitornya, seperti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang terkoreksi 15% secara year to date. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 10,16% dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 25%.

Di tengah kondisi sektor keuangan yang sedang tertekan, saham BCA seolah melenggang sendirian. Padahal situasi makro ekonomi secara keseluruhan tidak terlalu kondusif untuk mendorong terciptanya sentimen positif bagi industri perbankan.

Pasalnya, sepanjang tahun ini bursa saham mengalami tekanan karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Situasi tersebut memaksa otoritas moneter, Bank Indonesia, melakukan penyesuaian suku bunga acuan hingga 125 basis poin menjadi 5,5%.

Kenaikan suku bunga acuan merupakan sentimen negatif bagi industri perbankan, karena ada potensi penyaluran kredit turun karena bunga tinggi. Ujung-ujungnya pendapatan bunga bersih bank, yang menjadi penopang utama pendapatan, akan ikut merosot.

Namun sentimen tersebut tampaknya tak terlalu mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja BCA. Padahal dari sisi kinerja keuangan, selama semester I-2018 kinerja perseroan tidak monce-moncer amat.

Laba bersih BCA hanya tumbuh 8,4% menjadi Rp 11,4 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 10,5 triliun. Bandingkan dengan pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri yang tumbuh 28,7% menjadi Rp 12,2 triliun dan pertumbuhan laba bersih BRI tumbuh 11% menjadi Rp 14,93 triliun.

Nah, salah satu yang membentuk persepsi positif investor terhadap saham BCA yaitu bank ini dikenal sebagai bank transaksional. Ini membuat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) bank ini tetap terjaga dengan baik, di mana BCA tidak pernah punya isu dengan dana pihak ketiga (DPK) yang nilainya juga besar.
Inilah yang membuat investor asing kian menyukai saham BCA. Ini tampak dari akumulasi beli bersih saham BCA yang mencapai Rp 2,42 triliun dari awal tahun, net buy investor asing terbesar kedua setelah saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Selain itu, BCA juga dikabarkan akan mengakuisisi dua bank, BUKU I dan BUKU II, saat ini proses akuisisi tersebut tengah di urus di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

BCA merupakan bank swasta nasional terbesar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Saham BCA pertama kali dicatatkan pada 31 Mei 2000 atau hampir 18 tahun, pada harga Rp 1.400/saham.

Pemegang saham mayoritas BCA saat ini adalah Grup Djarum melalui PT Dwimuria Investama Andalan, dengan kepemilikan 54,94%. Di mana pada awal pendiriannya, BCA merupakan bank milik Grup Salim. Sementara publik menguasai kepemilikan BCA sebanyak 43,11%.
(hps/wed) Next Article Pelan-pelan Asing Borong Saham BCA, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular