
Internasional
Di Ambang Sanksi AS, Iran Minta Tolong Uni Eropa
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 August 2018 18:36

Ankara, CNBC Indonesia - Iran pada hari Senin (20/8/2018) mendesak Eropa untuk mempercepat upaya penyelamatan kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan negara-negara besar dunia yang ditinggalkan Presiden AS Donald Trump bulan Mei lalu. Desakan itu muncul setelah perusahaan minyak Prancis, Total, secara resmi menutup proyek gas besarnya di Iran.
Upaya yang dilakukan oleh beberapa anggota yang tersisa, yaitu anggota Uni Eropa: Inggris, Prancis dan Jerman ditambah China dan Rusia, untuk menghindari runtuhnya perjanjian itu sedang dilakukan. Mereka berkejaran dengan waktu sebab Washington telah mengatakan setiap perusahaan yang berbisnis dengan Teheran akan dilarang berbisnis di Amerika Serikat.
"Eropa dan penandatangan (negara anggota) lainnya dari kesepakatan ini telah mencoba menyelamatkan kesepakatan ... tetapi prosesnya berjalan lambat. Ini harus dipercepat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Bahram Qasemi.
"Iran sangat bergantung pada kemampuannya sendiri untuk mengatasi sanksi baru dari Amerika," katanya pada siaran pers yang disiarkan di televisi negara, dilansir dari Reuters.
Negara-negara Eropa telah berebut untuk memastikan Iran mendapat cukup manfaat ekonomi demi membujuknya agar tetap mematuhi kesepakatan nuklir yang menurut Trump 'sangat cacat'.
Washington memberlakukan sanksi baru terhadap Iran bulan Agustus, dan menargetkan perdagangan emas dan logam mulia lainnya, pembelian dolar AS, dan industri mobil Iran.
Negara-negara Eropa, China, dan Rusia mengatakan mereka akan berbuat lebih banyak untuk mendorong bisnis mereka agar tetap terlibat dengan Iran. Namun, ancaman sanksi AS telah mendorong banyak perusahaan besar menarik diri dari Iran.
Menteri Perminyakan Bijan Namdar Zanganeh mengatakan Total Prancis telah secara resmi membatalkan kontrak untuk mengembangkan proyek South Pars Gas Iran.
"Proses untuk mengganti (Total) dengan perusahaan lain sedang berlangsung," katanya seperti dikutip oleh TV milik negara.
Pembuat mobil PSA, Renault dan Daimler juga termasuk yang menangguhkan atau membatalkan rencana untuk berinvestasi di Iran bersama dengan Deutsche Bahn dan Deutsche Telekom.
Demi mempertahankan saluran keuangan dengan Teheran dan memfasilitasi ekspor minyak Iran, Uni Eropa telah mengambil langkah-langkah untuk melawan sanksi baru AS, termasuk melarang warga Uni Eropa agar tidak mematuhi AS atau peraturan pengadilan terkait.
Washington mengatakan satu-satunya kesempatan Iran untuk menghindari sanksi adalah menerima tawaran Trump untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir yang lebih keras. Para pejabat Iran menolak tawaran itu.
Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi lebih keras terhadap Iran pada November yang akan menargetkan penjualan minyak Iran dan sektor perbankan.
Mata uang rial Iran telah kehilangan sekitar setengah dari nilainya sejak April karena ekonomi lemah, kesulitan keuangan di bank-bank lokal, dan permintaan besar untuk dolar di kalangan orang Iran yang takut akan efek sanksi.
Berdasarkan kesepakatan 2015, sebagian besar sanksi internasional terhadap Iran dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir negara tersebut.
(prm) Next Article Data Ekonomi AS Ciamik, Harga Minyak Terbang Dekati US$ 70
Upaya yang dilakukan oleh beberapa anggota yang tersisa, yaitu anggota Uni Eropa: Inggris, Prancis dan Jerman ditambah China dan Rusia, untuk menghindari runtuhnya perjanjian itu sedang dilakukan. Mereka berkejaran dengan waktu sebab Washington telah mengatakan setiap perusahaan yang berbisnis dengan Teheran akan dilarang berbisnis di Amerika Serikat.
"Eropa dan penandatangan (negara anggota) lainnya dari kesepakatan ini telah mencoba menyelamatkan kesepakatan ... tetapi prosesnya berjalan lambat. Ini harus dipercepat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Bahram Qasemi.
Negara-negara Eropa telah berebut untuk memastikan Iran mendapat cukup manfaat ekonomi demi membujuknya agar tetap mematuhi kesepakatan nuklir yang menurut Trump 'sangat cacat'.
Washington memberlakukan sanksi baru terhadap Iran bulan Agustus, dan menargetkan perdagangan emas dan logam mulia lainnya, pembelian dolar AS, dan industri mobil Iran.
Negara-negara Eropa, China, dan Rusia mengatakan mereka akan berbuat lebih banyak untuk mendorong bisnis mereka agar tetap terlibat dengan Iran. Namun, ancaman sanksi AS telah mendorong banyak perusahaan besar menarik diri dari Iran.
Menteri Perminyakan Bijan Namdar Zanganeh mengatakan Total Prancis telah secara resmi membatalkan kontrak untuk mengembangkan proyek South Pars Gas Iran.
"Proses untuk mengganti (Total) dengan perusahaan lain sedang berlangsung," katanya seperti dikutip oleh TV milik negara.
Pembuat mobil PSA, Renault dan Daimler juga termasuk yang menangguhkan atau membatalkan rencana untuk berinvestasi di Iran bersama dengan Deutsche Bahn dan Deutsche Telekom.
Demi mempertahankan saluran keuangan dengan Teheran dan memfasilitasi ekspor minyak Iran, Uni Eropa telah mengambil langkah-langkah untuk melawan sanksi baru AS, termasuk melarang warga Uni Eropa agar tidak mematuhi AS atau peraturan pengadilan terkait.
Washington mengatakan satu-satunya kesempatan Iran untuk menghindari sanksi adalah menerima tawaran Trump untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir yang lebih keras. Para pejabat Iran menolak tawaran itu.
Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi lebih keras terhadap Iran pada November yang akan menargetkan penjualan minyak Iran dan sektor perbankan.
Mata uang rial Iran telah kehilangan sekitar setengah dari nilainya sejak April karena ekonomi lemah, kesulitan keuangan di bank-bank lokal, dan permintaan besar untuk dolar di kalangan orang Iran yang takut akan efek sanksi.
Berdasarkan kesepakatan 2015, sebagian besar sanksi internasional terhadap Iran dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir negara tersebut.
(prm) Next Article Data Ekonomi AS Ciamik, Harga Minyak Terbang Dekati US$ 70
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular