
Dolar Dipatok Rp 14.400 di Tahun Politik, Baik atau Buruk?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
19 August 2018 12:57

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Indonesia dalam nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 menetapkan nilai tukar rupiah di tahun politik mencapai Rp 14.400/US$. Angka ini naik hingga 1.000 poin dibandingkan dengan penetapan kurs di tahun 2018 yang sebesar 13.400/US$.
Kenaikan ini mempertimbangkan beberapa faktor, terutama dari sisi global. Mulai dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan Eropa hingga potensi jatuhnya mata uang negara-negara kategori emerging market. Faktor-faktor tersebut begitu kuat menyebabkan mata uang garuda melemah cukup dalam beberapa waktu terakhir.
Per Agustus 2018, misalnya, pelemahan rupiah bergerak cukup dalam. Pada penutupan Kamis (16/8/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 pasar spot dibanderol Rp 14.605/US$. Dalam seminggu saja, rupiah telah terdepresiasi hingga 1%.
Pergerakan rupiah yang menembus level psikologis di atas Rp 14.600/US$, nampaknya sulit dihindari dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas.
Teranyar, anjloknya mata uang lira Turki dituding menjadi biang kerok yang menyebabkan rupiah menembus posisi tersebut.
Kondisi itu lantas menjadi pertimbangkan pemerintah dalam menetapkan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Lantas, dengan asumsi kurs sebesar itu kira-kira apa dampaknya bagi masyarakat? Lebih besar dampak positif atau negatif? Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menganalisis hal tersebut.
Kenaikan ini mempertimbangkan beberapa faktor, terutama dari sisi global. Mulai dari normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan Eropa hingga potensi jatuhnya mata uang negara-negara kategori emerging market. Faktor-faktor tersebut begitu kuat menyebabkan mata uang garuda melemah cukup dalam beberapa waktu terakhir.
Per Agustus 2018, misalnya, pelemahan rupiah bergerak cukup dalam. Pada penutupan Kamis (16/8/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 pasar spot dibanderol Rp 14.605/US$. Dalam seminggu saja, rupiah telah terdepresiasi hingga 1%.
Teranyar, anjloknya mata uang lira Turki dituding menjadi biang kerok yang menyebabkan rupiah menembus posisi tersebut.
Kondisi itu lantas menjadi pertimbangkan pemerintah dalam menetapkan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Lantas, dengan asumsi kurs sebesar itu kira-kira apa dampaknya bagi masyarakat? Lebih besar dampak positif atau negatif? Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menganalisis hal tersebut.
Next Page
Angin Segar bagi Peluang Ekspor
Pages
Most Popular