2019 Jokowi Patok Dolar AS di Rp 14.400, Ini Pandangan BI

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 August 2018 16:25
BI angkat bicara mengenai asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) angkat bicara mengenai asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) 2019.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mematok asumsi dasar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 14.400/US$, sejalan dengan dinamika ketidakpastian perekonomian global.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memandang, proyeksi tersebut sudah masuk dalam kalkulasi bank sentral. BI menilai, pergerakan mata uang Garuda 2019 akan berada di kisaran tersebut.

"Kami optimistis rupiah stabil di level Rp 14.400/US$," ungkap Dody di kompleks parlemen, Kamis (16/8/2018).

Adapun faktor yang menyebabkan nilai tukar menembus level Rp 14.400/US$, tak lepas dari perkembangan perekonomian global maupun domestik.

Namun, BI menegaskan akan tetap senantiasa berada di pasar, dan tidak akan membiarkan nilai tukar rupiah terlempar jauh dari fundamental yang sebenarnya.

"Kondisi perekonomian domestik akan tetap dijaga di 2019. Kami sesuai dengan APBN," katanya.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar tahun 2019, sebagaimana dikutip dalam bahan presentasi Kementerian Keuangan:

• Perbaikan ekonomi AS // Normalisasi Kebijakan Moneter AS
• Fiskal Ekspansif AS // Peningkatan Defisit // Kenaikan yield US T Bills, Kebijakan perdagangan proteksionis
• Kenaikan harga minyak dunia, permasalahan geopolitik

Sementara faktor positif yang akan menahan pelemahan nilai tukar rupiah :

• Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat (inflasi yang terkendali, defisist fiskal yang sehat, serta peningkatan peringkat utang dan EODB)
• Kebijakan stabilisasi nilai Rupiah secara terukur sesuai dengan fundamental ekonomi oleh Bank Indonesia didukung cadangan devisa yang cukup
• Penguatan koordinasi kebijakan terus berlangsung dalam rangka memperbaiki stabilitas makroekonomi, termasuk koordinasi penyediaan pasokan dan kebutuhan valuta asing di antara BUMN
• Masih berlangsungnya quantitative easing serta rendahnya suku bunga di Eropa dan Jepang mengimbangi potensi capital outflows lanjutan
• Pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mendorong kinerja ekspor





(dru) Next Article Penutupan Pasar: Rupiah Tertekan Cuma 5 Poin ke Rp 14.295/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular