
Asumsi Dolar Rp 14.400 di APBN 2019 Jadi Sentimen Negatif
Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 August 2018 12:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai keputusan pemerintah dalam menetapkan nilai tukar rupiah di level Rp 14.400/US$ di tahun depan cukup memberikan kesan negatif bagi pasar. Namun, hal ini justru akan berbalik memunculkan sinyal optimisme jika di tahun depan pemerintah membuktikan bisa menekan nilai tukar ini.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan penetapan salah satu asumsi makro tersebut akan memberikan kesan negatif karena pemerintah terlihat menerima kondisi mata uang yang akan terus melemah.
"Tapi saya lihat bagus juga, jadi pemerintah realistis tidak menjanjikan rupiah pasti menguat. Jika ternyata 2019 nanti rupiah malah menguat, pandangan pelaku pasar akan lain dan lebih optimis," kata William kepada CNBC Indonesia, Minggu (19/8).
Pekan ini, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) 2019 pemerintahan Presiden Joko Widodo mematok asumsi dasar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 14.400/US$. Penetapan ini memperhitungkan dinamika ketidakpastian perekonomian global.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar tahun 2019, sebagaimana dikutip dalam bahan presentasi Kementerian Keuangan.
• Perbaikan ekonomi AS // Normalisasi Kebijakan Moneter AS
• Fiskal Ekspansif AS // Peningkatan Defisit // Kenaikan yield US T Bills, Kebijakan perdagangan proteksionis
• Kenaikan harga minyak dunia, permasalahan geopolitik
Sementara faktor positif yang akan menahan pelemahan nilai tukar rupiah :
• Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat (inflasi yang terkendali, defisist fiskal yang sehat, serta peningkatan peringkat utang dan EODB)
• Kebijakan stabilisasi nilai Rupiah secara terukur sesuai dengan fundamental ekonomi oleh Bank Indonesia didukung cadangan devisa yang cukup
• Penguatan koordinasi kebijakan terus berlangsung dalam rangka memperbaiki stabilitas makroekonomi, termasuk koordinasi penyediaan pasokan dan kebutuhan valuta asing di antara BUMN
• Masih berlangsungnya quantitative easing serta rendahnya suku bunga di Eropa dan Jepang mengimbangi potensi capital outflows lanjutan
• Pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mendorong kinerja ekspor
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan penetapan salah satu asumsi makro tersebut akan memberikan kesan negatif karena pemerintah terlihat menerima kondisi mata uang yang akan terus melemah.
"Tapi saya lihat bagus juga, jadi pemerintah realistis tidak menjanjikan rupiah pasti menguat. Jika ternyata 2019 nanti rupiah malah menguat, pandangan pelaku pasar akan lain dan lebih optimis," kata William kepada CNBC Indonesia, Minggu (19/8).
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar tahun 2019, sebagaimana dikutip dalam bahan presentasi Kementerian Keuangan.
• Perbaikan ekonomi AS // Normalisasi Kebijakan Moneter AS
• Fiskal Ekspansif AS // Peningkatan Defisit // Kenaikan yield US T Bills, Kebijakan perdagangan proteksionis
• Kenaikan harga minyak dunia, permasalahan geopolitik
Sementara faktor positif yang akan menahan pelemahan nilai tukar rupiah :
• Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat (inflasi yang terkendali, defisist fiskal yang sehat, serta peningkatan peringkat utang dan EODB)
• Kebijakan stabilisasi nilai Rupiah secara terukur sesuai dengan fundamental ekonomi oleh Bank Indonesia didukung cadangan devisa yang cukup
• Penguatan koordinasi kebijakan terus berlangsung dalam rangka memperbaiki stabilitas makroekonomi, termasuk koordinasi penyediaan pasokan dan kebutuhan valuta asing di antara BUMN
• Masih berlangsungnya quantitative easing serta rendahnya suku bunga di Eropa dan Jepang mengimbangi potensi capital outflows lanjutan
• Pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mendorong kinerja ekspor
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Most Popular