Investasi Asing Jeblok, Sri Mulyani: Ini Bisa Jadi Kerawanan!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 August 2018 12:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Data realisasi investasi kuartal II-2018 yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal cukup mengecewakan. Investasi selama kuartal II-2018 mengalami trend perlambatan.
Penanaman modal asing (foreign direct investment) selama kuartal II-2018 anjlok hingga 12,9% dari periode sama tahun lalu. Sementara investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri mencapa 32,1%.
Secara total, pertumbuhan investasi hanya 3,1%. Perlambatan investasi yang terjadi pada kurartal II, disebut-sebut menjadi sebuah kerawanan bagi upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi.
"Ini bisa menjadi suatu kerawanan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Ketika arus modal asing dalam bentuk FDI minim, kinerja ekspor tak mampu melebihi kebutuhan impor, dan neraca pembayaran masih mengalami defisit, maka Indonesia akan terus bergantung pada aliran modal jangka pendek.
"Kalau ekspor kita bisa kejar tidak apa-apa. Kalau tarik FDI tidak masalah. Karena apa? Ada keseimbangan supply dan demand. Kalau FDI tidak tinggi, maka kita akan terus bergantung pada arus modal jangka pendek," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menekankan, pemerintah saat ini tengah mencari titik keseimbangan yang tidak hanya mampu menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi lebih baik, melainkan juga stabilitas.
"Kami ingin memiliki pertumbuhan 5% tapi seimbang dari komposisi. Stabilisasi jadi penting, terutama melihat dampak eksternal, neraca pembayarannya, dan menjaga dinamika dari sisi nilai tukar dan harga komoditas," jelasnya.
(dru) Next Article Sri Mulyani: RI Ekonominya Bagus, Itu Bukan Saya yang Bilang
Penanaman modal asing (foreign direct investment) selama kuartal II-2018 anjlok hingga 12,9% dari periode sama tahun lalu. Sementara investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri mencapa 32,1%.
Secara total, pertumbuhan investasi hanya 3,1%. Perlambatan investasi yang terjadi pada kurartal II, disebut-sebut menjadi sebuah kerawanan bagi upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Ketika arus modal asing dalam bentuk FDI minim, kinerja ekspor tak mampu melebihi kebutuhan impor, dan neraca pembayaran masih mengalami defisit, maka Indonesia akan terus bergantung pada aliran modal jangka pendek.
"Kalau ekspor kita bisa kejar tidak apa-apa. Kalau tarik FDI tidak masalah. Karena apa? Ada keseimbangan supply dan demand. Kalau FDI tidak tinggi, maka kita akan terus bergantung pada arus modal jangka pendek," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menekankan, pemerintah saat ini tengah mencari titik keseimbangan yang tidak hanya mampu menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi lebih baik, melainkan juga stabilitas.
"Kami ingin memiliki pertumbuhan 5% tapi seimbang dari komposisi. Stabilisasi jadi penting, terutama melihat dampak eksternal, neraca pembayarannya, dan menjaga dinamika dari sisi nilai tukar dan harga komoditas," jelasnya.
(dru) Next Article Sri Mulyani: RI Ekonominya Bagus, Itu Bukan Saya yang Bilang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular