
Realisasi Investasi Mengecewakan, IHSG Turun 0,43%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2018 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca terjun bebas sebesar 3,55% pada perdagangan kemarin (13/8/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini melemah 0,43% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.836,15.
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 1,85%, indeks Kospi naik 0,49%, indeks Shanghai turun 0,5%, indeks Hang Seng turun 0,89%, dan indeks Strait Times turun 0,17%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,01 triliun dengan volume sebanyak 4,48 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 219.887 kali.
Investor merespon negatif lemahnya realisasi investasi di Indonesia sepanjang kuartal-II 2018. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan Penanaman Modal Asing (PMA)/Foreign Direct Investment (FDI) anjlok hingga 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Sementara itu, pertumbuhan investasi modal dalam negeri atau PMDN mencapai 32,1%. Jika ditotal, pertumbuhan investasi pada triwulan II-2018 hanya sebesar 3,1% dengan nilai Rp 361,6 triliun.
Sebagai perbandingan, pada kuartal-II 2017, BKPM mencatat total investasi mampu tumbuh 12,73% YoY, dengan PMA melonjak 10,56% YoY dan PMDN naik 16,86% YoY.
Selain itu, pelemahan rupiah juga menjadi momok bagi IHSG. Hingga siang hari, rupiah melemah sebesar 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.620/dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi lantaran krisis mata uang di Turki yang tak kunjung usai; lira diperdagangkan melemah 0,44% melawan dolar AS di pasar spot. Kemarin (13/8/2018), pelemahannya mencapai 6,7%.
Presiden Turki Tayyip Erdogan memang memproyeksikan tekanan pada ekonomi Turki akan berlanjut. Erdogan pun semakin mengumbar perselisihan dengan pihak AS dengan mengatakan bahwa tindakan AS baru-baru ini merupakan sikap menusuk Ankara dari belakang.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%. Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson.
Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Pelemahan rupiah juga terjadi lantaran investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Seiring dengan pelemahan rupiah, saham-saham emiten perbankan menjadi bulan-bulanan investor, mendorong indeks sektor jasa keuangan melemah sebesar 0,56%.
Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-2,66%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,81%), PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-1,06%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,01%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-0,64%).
Walaupun dampak pelemahan rupiah terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari bank-bank di tanah air pada tahun ini bisa dibilang relatif terbatas jika dibandingkan dengan tahun 2015, perlu diingat bahwa sepanjang tahun 2017 harga saham emiten-emiten perbankan telah meroket naik, mendorong indeks sektor jasa keuangan melesat sebesar 41%.
Sepanjang tahun ini (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin), koreksinya baru sebesar 7,32%. Ini artinya, ruang bagi investor untuk melakukan aksi ambil untung memang sangat besar.
Hal apapun yang bisa memantik investor untuk melakukan aksi jual sangat mungkin untuk mendorong harga saham-saham perbankan turun dalam. Terlebih, di pasar saham biasanya memang berita negatif mendapat respon yang lebih besar ketimbang berita positif.
Efek samping lainnya dari pelemahan rupiah adalah aksi jual investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 490,1 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 138,6 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 111,1 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 57,3 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 54,1 miliar), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (Rp 47,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article BKPM : Realisasi Investasi Triwulan I-2018 Tumbuh 11,8%
IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi: indeks Nikkei naik 1,85%, indeks Kospi naik 0,49%, indeks Shanghai turun 0,5%, indeks Hang Seng turun 0,89%, dan indeks Strait Times turun 0,17%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,01 triliun dengan volume sebanyak 4,48 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 219.887 kali.
Sebagai perbandingan, pada kuartal-II 2017, BKPM mencatat total investasi mampu tumbuh 12,73% YoY, dengan PMA melonjak 10,56% YoY dan PMDN naik 16,86% YoY.
Selain itu, pelemahan rupiah juga menjadi momok bagi IHSG. Hingga siang hari, rupiah melemah sebesar 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.620/dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi lantaran krisis mata uang di Turki yang tak kunjung usai; lira diperdagangkan melemah 0,44% melawan dolar AS di pasar spot. Kemarin (13/8/2018), pelemahannya mencapai 6,7%.
Presiden Turki Tayyip Erdogan memang memproyeksikan tekanan pada ekonomi Turki akan berlanjut. Erdogan pun semakin mengumbar perselisihan dengan pihak AS dengan mengatakan bahwa tindakan AS baru-baru ini merupakan sikap menusuk Ankara dari belakang.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%. Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson.
Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Pelemahan rupiah juga terjadi lantaran investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Capaian ini terbilang cukup bersejarah. Pasalnya, kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Akibat melebarnya CAD, defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melebar menjadi US$ 4,31 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,86 miliar.
Seiring dengan pelemahan rupiah, saham-saham emiten perbankan menjadi bulan-bulanan investor, mendorong indeks sektor jasa keuangan melemah sebesar 0,56%.
Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-2,66%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,81%), PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-1,06%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,01%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-0,64%).
Walaupun dampak pelemahan rupiah terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari bank-bank di tanah air pada tahun ini bisa dibilang relatif terbatas jika dibandingkan dengan tahun 2015, perlu diingat bahwa sepanjang tahun 2017 harga saham emiten-emiten perbankan telah meroket naik, mendorong indeks sektor jasa keuangan melesat sebesar 41%.
Sepanjang tahun ini (sampai dengan penutupan perdagangan kemarin), koreksinya baru sebesar 7,32%. Ini artinya, ruang bagi investor untuk melakukan aksi ambil untung memang sangat besar.
Hal apapun yang bisa memantik investor untuk melakukan aksi jual sangat mungkin untuk mendorong harga saham-saham perbankan turun dalam. Terlebih, di pasar saham biasanya memang berita negatif mendapat respon yang lebih besar ketimbang berita positif.
Efek samping lainnya dari pelemahan rupiah adalah aksi jual investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 490,1 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 138,6 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 111,1 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 57,3 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 54,1 miliar), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (Rp 47,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article BKPM : Realisasi Investasi Triwulan I-2018 Tumbuh 11,8%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular