
Internasional
Lira Anjlok Parah, Nilai Rupee India Mencapai Rekor Terendah
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 August 2018 14:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupee India pada hari Senin (13/8/2018) menyentuh level terendah sepanjang masa, yaitu 69,62 per dolar AS pada awal perdagangan, mengikuti pelemahan yang secara umum terjadi di mata uang negara-negara berkembang lainnya.
Mata uang negara berkembang kompak mengalami depresiasi karena adanya kekhawatiran akan dampak krisis yang melanda Turki.
Reserve Bank of India atau Bank Sentral India (BRI) terlihat melakukan intervensi untuk membendung penurunan tajam rupee, kata dua orang dealers.
"RBI ada di sana untuk mengurangi volatilitas pada awal perdagangan, tetapi tidak secara besar-besaran," kata seorang dealer senior di sebuah bank asing.
Rupee sempat naik sedikit dari rekor terendah, diperdagangkan pada 69,53 terhadap dolar. Namun pada akhirnya diperdagangkan pada 68,84 terhadap dolar pada hari Jumat (10/8/2018). Yields obligasi patokan 10-years naik menjadi 7,80% dari penutupan sebelumnya yang sebesar 7,75%, meneruskan pelemahan rupee.
Dilansir dari CNBC International, investor lebih memilih safe havens seperti dolar AS dan yen setelah penurunan lira Turki yang mengakibatkan semua mata uang negara berkembang melemah tajam.
Lira telah jatuh sekitar 45% terhadap dolar tahun ini di tengah kekhawatiran atas meningkatnya kontrol Presiden Turki Tayyip Erdogan terhadap ekonomi dan keretakan diplomatik mendalam dengan Amerika Serikat.
"Tidak ada gunanya menghabiskan banyak dolar untuk mempertahankan rupee ketika kekuatan jatuhnya begitu kuat di pasar negara berkembang," kata seorang dealer valas senior di sebuah bank yang dikelola negara India.
Level penting berikutnya untuk rupee adalah 69,80 terhadap dolar, tambahnya.
Traders juga akan mengawasi data inflasi konsumen India untuk bulan Juli sampai setelah penutupan untuk melihat arah pergerakan kedepannya. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan inflasi bulan Juli adalah sebesar 4,51% dibandingkan dengan tingkat tertinggi dalam lima bulan, yaitu inflasi 5% yang tercatat di bulan sebelumnya.
(roy/roy) Next Article Yield Obligasi AS di Atas 3%, Rupee dan Rupiah Kian Tertekan
Mata uang negara berkembang kompak mengalami depresiasi karena adanya kekhawatiran akan dampak krisis yang melanda Turki.
"RBI ada di sana untuk mengurangi volatilitas pada awal perdagangan, tetapi tidak secara besar-besaran," kata seorang dealer senior di sebuah bank asing.
Rupee sempat naik sedikit dari rekor terendah, diperdagangkan pada 69,53 terhadap dolar. Namun pada akhirnya diperdagangkan pada 68,84 terhadap dolar pada hari Jumat (10/8/2018). Yields obligasi patokan 10-years naik menjadi 7,80% dari penutupan sebelumnya yang sebesar 7,75%, meneruskan pelemahan rupee.
Dilansir dari CNBC International, investor lebih memilih safe havens seperti dolar AS dan yen setelah penurunan lira Turki yang mengakibatkan semua mata uang negara berkembang melemah tajam.
Lira telah jatuh sekitar 45% terhadap dolar tahun ini di tengah kekhawatiran atas meningkatnya kontrol Presiden Turki Tayyip Erdogan terhadap ekonomi dan keretakan diplomatik mendalam dengan Amerika Serikat.
"Tidak ada gunanya menghabiskan banyak dolar untuk mempertahankan rupee ketika kekuatan jatuhnya begitu kuat di pasar negara berkembang," kata seorang dealer valas senior di sebuah bank yang dikelola negara India.
Level penting berikutnya untuk rupee adalah 69,80 terhadap dolar, tambahnya.
Traders juga akan mengawasi data inflasi konsumen India untuk bulan Juli sampai setelah penutupan untuk melihat arah pergerakan kedepannya. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan inflasi bulan Juli adalah sebesar 4,51% dibandingkan dengan tingkat tertinggi dalam lima bulan, yaitu inflasi 5% yang tercatat di bulan sebelumnya.
(roy/roy) Next Article Yield Obligasi AS di Atas 3%, Rupee dan Rupiah Kian Tertekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular