Krisis Berlanjut, Lira Turki Rontok 9% Hari Ini

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 August 2018 12:17
Mata uang Turki, lira, menyentuh rekor terendah baru pada sesi awal perdagangan hari Senin setelah jatuh bebas pada perdagangan hari Jumat pekan lalu.
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Turki, lira, menyentuh rekor terendah baru pada sesi awal perdagangan hari Senin (13/8/2018) di Asia setelah jatuh bebas pada perdagangan hari Jumat pekan lalu.

Hari Senin, lira diperdagangkan anjlok sekitar 9% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sekitar 6,99 lira per dolar pada pukul 10 pagi waktu Jakarta. Sebelumnya lira sempat terjun bebas ke level 7,24 sebelum kembali rebound setelah pemerintah Turki menenangkan pasar dengan mengumumkan beberapa aksi ekonomi.

Pada pukul 12 siang ini waktu Jakarta, lira telah memperkecil pelemahannya menjadi sekitar 5% di posisi 6,7 lira per dolar AS.

Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan dalam wawancara hari Minggu dengan media lokal Hurriyet bahwa pemerintah memiliki rencana untuk mencegah kejatuhan lira yang lebih dalam lagi, Reuters melaporkan.

Albayrak mengatakan, otoritas Turki akan mengambil langkah yang diperlukan mulai hari Senin namun Reuters mengatakan sangat sedikit detil yang diberikan pemerintah terkait langkah tersebut.


Lira sempat terdepresiasi dalam hingga sekitar 20% pada perdagangan hari Jumat dan ditutup lebih rendah 16% setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia telah menyetujui tarif impor baja dan aluminium Turki yang dinaikkan hingga dua kali lipat.

Depresiasi dalam yang dialami mata uang ini sebagian besar diakibatkan oleh pengaruh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di perekonomian Turki, desakannya yang terus-menerus agar suku bunga perbankan terus turun ketika inflasi justru meroket, dan memburuknya hubungan Ankara dengan Washington.

Hubungan kedua negara tengah memanas akibat berbagai isu, seperti Suriah, penahanan pastor asal AS, dan makin lengketnya hubungan antara Turki dan Rusia.

Para analis mengatakan meskipun sanksi AS terhadap Turki menyebabkan krisis mata uang itu, perekonomian Turki sebenarnya telah bermasalah selama beberapa waktu terakhir akibat tingginya inflasi dan depesiasi lira.

Bank sentral selama beberapa pekan terakhir telah mengabaikan seruan pasar untuk menaikkan suku bunganya demi menyelesaikan masalah tersebut. Pasar cemas bank sentral tidak lagi independen sebab Erdogan telah beberapa kali meminta suku bunga rendah demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
(wed) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular