Kisah Turki yang Mirip Indonesia Saat Krismon
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 11:55

Sebenarnya 'penyakit' yang diidap Turki saat ini agak mirip dengan Indonesia saat krisis ekonomi 1997-1998. Kala itu, korporasi begitu bernafsu dalam meminjam ke luar negeri.
Ketika dihadapkan pada depresiasi nilai tukar akibat krisis keuangan Asia, mereka pun kelimpungan. Banyak perusahaan tutup, bank-bank berguguran, pengangguran naik, dan krisis ekonomi bertransformasi menjadi krisis sosial-politik.
[Gambas:Video CNBC]
Oleh karena itu, apa yang dialami Turki saat ini sebaiknya menjadi pelajaran bagi Indonesia. Utang luar negeri perlu mendapat perhatian, jangan sampai terlalu eksesif dan menimbulkan risiko terhadap sistem perekonomian. Upaya lindung nilai (hedging) juga perlu ditingkatkan untuk menjaga utang luar negeri dari risiko kurs.
Selain itu, neraca pembayaran dan transaksi berjalan Indonesia juga perlu dibenahi. Pasalnya, seperti halnya Turki, Indonesia pun mencatat defisit di dua pos ini. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis NPI mengalami defisit US$ 4,31 miliar pada kuartal II-2018. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 3,85 miliar apalagi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masih surplus US$ 739 juta.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan juga masih tekor US$ 8,03 miliar atau 3,04% dari PDB. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 5,72 miliar (2,21% PDB) atau periode yang sama pada 2017 yang sebesar US$ 4,7 miliar (1,86% PDB).
Indonesia memang belum mengalami seperti Turki. Namun bila tidak waspada, maka bisa saja suatu saat Indonesia akan menghadapi situasi yang sama. Jika itu terjadi, maka bersiaplah menghadapi 'hukuman' pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Ketika dihadapkan pada depresiasi nilai tukar akibat krisis keuangan Asia, mereka pun kelimpungan. Banyak perusahaan tutup, bank-bank berguguran, pengangguran naik, dan krisis ekonomi bertransformasi menjadi krisis sosial-politik.
[Gambas:Video CNBC]
Oleh karena itu, apa yang dialami Turki saat ini sebaiknya menjadi pelajaran bagi Indonesia. Utang luar negeri perlu mendapat perhatian, jangan sampai terlalu eksesif dan menimbulkan risiko terhadap sistem perekonomian. Upaya lindung nilai (hedging) juga perlu ditingkatkan untuk menjaga utang luar negeri dari risiko kurs.
Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan juga masih tekor US$ 8,03 miliar atau 3,04% dari PDB. Lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 5,72 miliar (2,21% PDB) atau periode yang sama pada 2017 yang sebesar US$ 4,7 miliar (1,86% PDB).
Indonesia memang belum mengalami seperti Turki. Namun bila tidak waspada, maka bisa saja suatu saat Indonesia akan menghadapi situasi yang sama. Jika itu terjadi, maka bersiaplah menghadapi 'hukuman' pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular