Kisah Turki yang Mirip Indonesia Saat Krismon

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 11:55
Fundamental Turki Memang Rapuh
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Secara fundamental, perekonomian Turki juga relatif lemah. Neraca pembayaran Turki sejak kuartal III-2015 tidak pernah merasakan surplus. Terakhir, neraca pembayaran Negeri Kebab defisit US$ 2,97 miliar pada akhir kuartal II-2018. 



Neraca pembayaran yang defisit menggambarkan devisa yang keluar lebih banyak ketimbang yang masuk, baik itu dari ekspor-impor barang dan jasa maupun investasi (sektor riil dan portofolio). Artinya, perekonomian Turki dinilai rentan menghadapi gejolak eksternal karena minimya sokongan devisa. 

Apalagi di sisi transaksi berjalan (current account) Turki juga terus mencatat defisit. Pada akhir 2017, defisit transaksi berjalan Turki mencapai 5,54% dari Produk Domestik Bruto (PDB).  



Defisit transaksi berjalan yang masih besar tentu bukan kabar baik. Transaksi berjalan menggambarkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Sifat devisa ini lebih berkesinambungan (sustainable) ketimbang arus modal portofolio di sektor keuangan alias hot money

Kala pijakan devisa dari perdagangan ini tidak menudukung, maka posisi mata uang akan mudah goyah. Lira hanya mengandalkan arus modal hot money yang datang dan pergi sesuka hati. 

Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, pasar pun kemudian 'menghukum' Turki. Aset-aset berbasis lira dilepas, dan mata uang ini pun terjun bebas. Namun ternyata terpelesetnya ekonomi Turki membawa risiko baru bagi pasar keuangan global. (aji/wed)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular