
Masih Ada Cerita Positif di China, Yuan Menguat Lawan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 10:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China melemah pada perdagangan pagi ini. Rupiah bahkan melemah lumayan dalam.
Pada Senin (13/8/2018) pukul 10:30 WIB, CNY 1 dibanderol Rp 2.123,15. Rupiah melemah cukup dalam yaitu 0,48% dan berada di posisi terlemah sejak 26 Juli.
Pelemahan rupiah terjadi saat Bank Sentral China (PBoC) melemahkan nilai tukar yuan. Hari ini, titik tengah nilai tukar yuan yang dipasang PBoC adalah CNY 6,8629/US$. Lebih lemah dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yaitu CNY 6,844/US$.
Yuan juga sedang melemah di hadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan depresiasi 0,46%. Namun depresiasi rupiah lebih dalam, yaitu mencapai 0,97%.
Artinya, selemah-lemahnya yuan investor masih lebih memilih mata uang ini ketimbang rupiah. Mungkin karena masih ada kabar baik dari Negeri Tirai Bambu.
Pada Juli 2018, penyaluran kredit baru di China pada Juli 2018 mencapai CNY 1,45 triliun. Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan sebesar CNY 1,2 triliun.
Stimulus moneter yang digelontorkan PBoC sepertinya terus menuai hasil. Beberapa waktu lalu, PBoC melonggarkan Giwo Wajib Minimum sebesar 50 basis poin sehingga memungkinkan perbankan untuk mengelola likuiditas lebih banyak.
Di tengah hawa perang dagang yang memanas dengan AS, ternyata permintaan kredit di China masih tumbuh. Artinya, dunia usaha dan konsumen juga masih bergerak sehingga mengurangi kekhawatiran pelaku pasar.
Hal ini membuat yuan menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang rupiah. Akibatnya, rupiah pun melemah dan depresiasinya cukup dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kredit di China Tumbuh Pesat, Yuan Perkasa Lawan Rupiah
Pada Senin (13/8/2018) pukul 10:30 WIB, CNY 1 dibanderol Rp 2.123,15. Rupiah melemah cukup dalam yaitu 0,48% dan berada di posisi terlemah sejak 26 Juli.
Yuan juga sedang melemah di hadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan depresiasi 0,46%. Namun depresiasi rupiah lebih dalam, yaitu mencapai 0,97%.
Artinya, selemah-lemahnya yuan investor masih lebih memilih mata uang ini ketimbang rupiah. Mungkin karena masih ada kabar baik dari Negeri Tirai Bambu.
Pada Juli 2018, penyaluran kredit baru di China pada Juli 2018 mencapai CNY 1,45 triliun. Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan sebesar CNY 1,2 triliun.
Stimulus moneter yang digelontorkan PBoC sepertinya terus menuai hasil. Beberapa waktu lalu, PBoC melonggarkan Giwo Wajib Minimum sebesar 50 basis poin sehingga memungkinkan perbankan untuk mengelola likuiditas lebih banyak.
Di tengah hawa perang dagang yang memanas dengan AS, ternyata permintaan kredit di China masih tumbuh. Artinya, dunia usaha dan konsumen juga masih bergerak sehingga mengurangi kekhawatiran pelaku pasar.
Hal ini membuat yuan menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang rupiah. Akibatnya, rupiah pun melemah dan depresiasinya cukup dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kredit di China Tumbuh Pesat, Yuan Perkasa Lawan Rupiah
Most Popular