
Rupiah Terus Menguat Lawan Yuan, Waspadai Banjir Impor
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 July 2018 10:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China masih menguat. Apresiasi rupiah sudah terjadi sejak 24 Juli dan belum terhenti.
Pada Senin (30/7/2018) pukul 10:38 WIB, CNY 1 ditransaksikan Rp 2.107,66. Rupiah menguat 0,34% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu, dan mencapai posisi terkuat sejak Januari 2018.
Pelemahan yuan memang terjadi secara meluas atau broadbased. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mata uang ini melemah 0,38% pada pukul 10:40 WIB. Sementara rupiah mampu menguat tipis 0,03%.
Depresiasi yuan disebabkan oleh kebijakan penetapan mata uang oleh Bank Sentral China (PBoC). Hari ini, PBoC menetapkan nilai tengah yuan di CNY 6,8131/US$, lebih lemah dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu yaitu CNY 6,814/US$. PBoC hanya mengizinkan yuan melemah atau menguat maksimal 2% dari titik tengah tersebut.
Langkah ini ditengarai untuk menjaga daya saing ekspor China. Pelemahan yuan akan membuat produk-produk made in China menjadi murah di pasar global sehingga permintaannya tetap tinggi.
Pemerintah China menolak anggapan ini dengan menegaskan bahwa nilai tukar yuan murni ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun penentuan titik tengah yuan oleh PBoC yang semakin melemah tentu memunculkan kecurigaan.
Akibat kebijakan ini, yuan pun melemah terhadap berbagai mata uang termasuk rupiah. Hal ini sedikit banyak menyebabkan produk China yang masuk ke Indonesia semakin banjir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor non-migas dari China selama Januari-Juni 2018 mencapai US$ 20,57 miliar. Jumlah ini melonjak 30,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, depresiasi yuan sebenarnya perlu diwaspadai. Sebab, pelemahan yuan akan membuat neraca perdagangan Indonesia dengan China semakin tekor. Ini tentu bukan kabar yang menggembirakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kredit di China Tumbuh Pesat, Yuan Perkasa Lawan Rupiah
Pada Senin (30/7/2018) pukul 10:38 WIB, CNY 1 ditransaksikan Rp 2.107,66. Rupiah menguat 0,34% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu, dan mencapai posisi terkuat sejak Januari 2018.
![]() |
Pelemahan yuan memang terjadi secara meluas atau broadbased. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mata uang ini melemah 0,38% pada pukul 10:40 WIB. Sementara rupiah mampu menguat tipis 0,03%.
Langkah ini ditengarai untuk menjaga daya saing ekspor China. Pelemahan yuan akan membuat produk-produk made in China menjadi murah di pasar global sehingga permintaannya tetap tinggi.
Pemerintah China menolak anggapan ini dengan menegaskan bahwa nilai tukar yuan murni ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun penentuan titik tengah yuan oleh PBoC yang semakin melemah tentu memunculkan kecurigaan.
Akibat kebijakan ini, yuan pun melemah terhadap berbagai mata uang termasuk rupiah. Hal ini sedikit banyak menyebabkan produk China yang masuk ke Indonesia semakin banjir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor non-migas dari China selama Januari-Juni 2018 mencapai US$ 20,57 miliar. Jumlah ini melonjak 30,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, depresiasi yuan sebenarnya perlu diwaspadai. Sebab, pelemahan yuan akan membuat neraca perdagangan Indonesia dengan China semakin tekor. Ini tentu bukan kabar yang menggembirakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kredit di China Tumbuh Pesat, Yuan Perkasa Lawan Rupiah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular