Jokowi Pilih Ma'ruf Mengagetkan, Investor Saham Harus Apa?
Houtmand P Saragih & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2018 21:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun pelaku pasar menilai keputusan Presiden Joko Widodo menggandeng Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya dalam Pemilu 2019 diluar ekspektasi. Keputusan Jokowi tersebut dinilai yang paling baik untuk meredam gejolak politisasi agama dalam kampanye nanti.
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan sebagian besar sebagian pelaku pasar yang lebih mengharapkan kepala negara merangkul calon yang mengerti persoalan ekonomi dalam negeri.
"Dulu pak JK [Jusuf Kalla] jadi Wapres zaman SBY. Pengalaman beliau jadi wapres, jadi nilai tambah waktu berpasangan dengan Jokowi," kata Lana.
"Nah ini [penunjukkan Ma'ruf Amin] akan menjadi pertanyaan pasar. [...] Ini mengejutkan, dalam arti selama ini yang dimunculkan namanya di luar ekspektasi," sambung Lana.
Namun Lana memahami, keputusan Jokowi menggandeng Rais Aam PB Nahdatul Ulama tersebut untuk meredam isu agama yang belakangan banyak digunakan dalam kampanye pemilihan presiden.
Lana menilai, figur maupun gaya kepemimpinan Jokowi yang memfokuskan kebijakan ekonomi tetap dianggap positif oleh pelaku pasar. Artinya, siapapun pendamping Jokowi sejatinya tidak terlau dirisaukan pelaku ekonomi.
"Figur Jokowi masih sangat kuat. Bisa menjadi yang diandalkan. Beliau sebagai petahana, siapapun wapres ya, tetap yang dilihat Jokowinya. Sangat kuat," kata Lana.
"Pengalaman Ma'ruf Amun bisa diimbangi kuatnya figur Jokowi. Saya kira market lihat kuatnya figur Jokowi," tegasnya.
Sementara itu Vice President dan Senior Analis Samuel Sekuritas menilai, pemiliah Ma'ruf Amin sebagai pendamping dalam pemilihan presiden 2019 menjawab kepastian bagi pasar. "Dengan diumumkan calon Wapres Jokowi maka berkurang satu ketidakpastian. Ini sudah satu hal positif," kata Alfatih.
Dia menambahkan, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diuntungkan karena bisa melengkapi dari sisi pemilih Islam. "Terutama dari kalangan NU karena beliau Rais Am NU. Dan sejak menjadi Ketua Umum MUI, memperluas basisnya. Juga pilihan ini mengakhiri tarik-menarik antar partai pendukung Jokowi. Sehingga memperbesar peluang Presiden Jokowi," jelas Alfatih.
Bagi investor, kata Alfatih, peluang ini bisa dimanfaatkan. Namun dia tetap mengingatkan ada yang memanfaatkan sentimen ini untuk melakukan aksi jual mengingat kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.
(hps) Next Article Cawapres Kurang Populer Bagi Investor, IHSG Bertahan Merah
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan sebagian besar sebagian pelaku pasar yang lebih mengharapkan kepala negara merangkul calon yang mengerti persoalan ekonomi dalam negeri.
"Dulu pak JK [Jusuf Kalla] jadi Wapres zaman SBY. Pengalaman beliau jadi wapres, jadi nilai tambah waktu berpasangan dengan Jokowi," kata Lana.
Namun Lana memahami, keputusan Jokowi menggandeng Rais Aam PB Nahdatul Ulama tersebut untuk meredam isu agama yang belakangan banyak digunakan dalam kampanye pemilihan presiden.
Lana menilai, figur maupun gaya kepemimpinan Jokowi yang memfokuskan kebijakan ekonomi tetap dianggap positif oleh pelaku pasar. Artinya, siapapun pendamping Jokowi sejatinya tidak terlau dirisaukan pelaku ekonomi.
"Figur Jokowi masih sangat kuat. Bisa menjadi yang diandalkan. Beliau sebagai petahana, siapapun wapres ya, tetap yang dilihat Jokowinya. Sangat kuat," kata Lana.
"Pengalaman Ma'ruf Amun bisa diimbangi kuatnya figur Jokowi. Saya kira market lihat kuatnya figur Jokowi," tegasnya.
Sementara itu Vice President dan Senior Analis Samuel Sekuritas menilai, pemiliah Ma'ruf Amin sebagai pendamping dalam pemilihan presiden 2019 menjawab kepastian bagi pasar. "Dengan diumumkan calon Wapres Jokowi maka berkurang satu ketidakpastian. Ini sudah satu hal positif," kata Alfatih.
Dia menambahkan, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diuntungkan karena bisa melengkapi dari sisi pemilih Islam. "Terutama dari kalangan NU karena beliau Rais Am NU. Dan sejak menjadi Ketua Umum MUI, memperluas basisnya. Juga pilihan ini mengakhiri tarik-menarik antar partai pendukung Jokowi. Sehingga memperbesar peluang Presiden Jokowi," jelas Alfatih.
Bagi investor, kata Alfatih, peluang ini bisa dimanfaatkan. Namun dia tetap mengingatkan ada yang memanfaatkan sentimen ini untuk melakukan aksi jual mengingat kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.
(hps) Next Article Cawapres Kurang Populer Bagi Investor, IHSG Bertahan Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular