
Tersaingi Instagram Stories, Pengguna Snapchat Anjlok
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 August 2018 11:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham platform media sosial Snap atau juga dikenal sebagai Snapchat bergejolak pada sesi post-trading setelah perusahaan melaporkan raihan pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan namun jumlah pengguna turun tajam. Persaingan yang ketat dengan Instagram dan perubahan desain disebut sebagai penyebab turunnya jumlah pengguna.
Perusahaan melaporkan kinerja keuangna kuartal duanya setelah pasar saham ditutup hari Selasa (7/8/2018). Snap meraup pendapatan US$262 juta (Rp 3,8 triliun) di kuartal kedua, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar US$250,4 juta. Rugi perusahaan tercatat 14 sen dolar per saham dibandingkan perkiraan 17 sen dolar.
Pengguna aktif harian global Snap mencapai 188 juta, lebih rendah dibandingkan 192 juta yang diperkirakan StreetAccount dan FactSet. Angka itu juga lebih rendah dari 191 juta pengguna yang dicatatkan di kuartal sebelumnya, CNBC International melaporkan.
Saham perusahaan anjlok hingga 11% setelah laporan dirilis, tetapi kembali naik hingga 11%. Selama telekonferensi dengan analis, sahamnya bergerak turun 6%.
Snap berhasil mendorong pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU), yang naik 34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi US$1,4. Perusahaan juga membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit, yang meningkat 44% secara tahunan sementara pendapatan iklan naik 48%.
Namun, Snap menghadapi persaingan yang makin ketat, terutama dari Instagram yang dimiliki Facebook. Fitur Instagram Stories yang mirip dengan Snapchat memiliki pengguna aktif harian dua kali lipat lebih banyak meskipun diluncurkan lima tahun lebih terlambat daripada Snap.
Instagram juga kemudian menambahkan fitur video lebih panjang bernama IGTV yang menyaingi Snapchat Stories.
Bulan lalu, Instagram mengumumkan ada lebih dari 400 juta pengguna fitur Instagram Stories yang populer di kalangan anak muda ini setiap harinya. Angka ini naik dari setahun sebelumnya yang hanya 250 juta pengguna aktif, seperti dikutip dari CNN International.
Namun, hal tersebut nampaknya tidak membuat Snap menurunkan ambisinya untuk menyediakan platform yang dapat menampung kreativitas pengguna, dengan adanya upaya perusahaan untuk mendesain ulang aplikasi. Sayangnya, upaya itu justru membuat pengguna tak nyaman karena desain baru itu disebut menyulitkan mereka.
(prm) Next Article Pikat Penonton Muda, NBC News Akan Buat Layanan Streaming
Perusahaan melaporkan kinerja keuangna kuartal duanya setelah pasar saham ditutup hari Selasa (7/8/2018). Snap meraup pendapatan US$262 juta (Rp 3,8 triliun) di kuartal kedua, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar US$250,4 juta. Rugi perusahaan tercatat 14 sen dolar per saham dibandingkan perkiraan 17 sen dolar.
Pengguna aktif harian global Snap mencapai 188 juta, lebih rendah dibandingkan 192 juta yang diperkirakan StreetAccount dan FactSet. Angka itu juga lebih rendah dari 191 juta pengguna yang dicatatkan di kuartal sebelumnya, CNBC International melaporkan.
Snap berhasil mendorong pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU), yang naik 34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi US$1,4. Perusahaan juga membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit, yang meningkat 44% secara tahunan sementara pendapatan iklan naik 48%.
Namun, Snap menghadapi persaingan yang makin ketat, terutama dari Instagram yang dimiliki Facebook. Fitur Instagram Stories yang mirip dengan Snapchat memiliki pengguna aktif harian dua kali lipat lebih banyak meskipun diluncurkan lima tahun lebih terlambat daripada Snap.
Instagram juga kemudian menambahkan fitur video lebih panjang bernama IGTV yang menyaingi Snapchat Stories.
Bulan lalu, Instagram mengumumkan ada lebih dari 400 juta pengguna fitur Instagram Stories yang populer di kalangan anak muda ini setiap harinya. Angka ini naik dari setahun sebelumnya yang hanya 250 juta pengguna aktif, seperti dikutip dari CNN International.
Namun, hal tersebut nampaknya tidak membuat Snap menurunkan ambisinya untuk menyediakan platform yang dapat menampung kreativitas pengguna, dengan adanya upaya perusahaan untuk mendesain ulang aplikasi. Sayangnya, upaya itu justru membuat pengguna tak nyaman karena desain baru itu disebut menyulitkan mereka.
(prm) Next Article Pikat Penonton Muda, NBC News Akan Buat Layanan Streaming
Most Popular