Beberapa Bank Punya NPL Di Atas 5%, Ada Apa?

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
27 July 2018 14:31
Beberapa Bank Punya NPL Di Atas 5%, Ada Apa?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bank kedapatan memiliki rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) memiliki NPL di atas 5%. Namun jumlah bank tersebut hanya segelintir dari ratusan bank yang ada di Indonesia.

Meski demikian, peristiwa yang menghadapi bank-bank tersebut cukup menggelitik, sehingga perlu ditelusuri lebih lanjut.

Ekonom dari PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual menjelaskan, tingginya NPL di beberapa bank karena bank tersebut mewarisi NPL dari beberapa tahun sebelumnya.

"Saat komoditas booming pada 2012-2015, ekspansi kredit besar terjadi di komoditi dan commodity related, begitu juga dengan sektor perdagangan dan property. Sektor-sektor ini sekarang mulai melambat pertumbuhannya, jadi mulai macet," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/7/2018).

Konsolidasi pun dilakukan oleh bank-bank tersebut sejak 2016. Akibatnya, bank menahan ekspansi kredit karena mengkhawatirkan akan timbulnya kredit macet baru. "Akhirnya NPL pun masih tinggi," kata dia.

Hal yang sama juga terjadi di bank syariah. "Mereka banyak masuk ke kredit komersial, konsumer dan UKM,"ucap dia.

Sementara itu, Direktur Group Risiko dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto menjelaskan, memang masih ada beberapa bank yang memiliki NPL di atas batas ketentuan. Namun terhadap bank-bank tersebut, penyebabnya tidak bisa digeneralisasi..

"Keadaan bank tidak bisa digeneralisasi, mereka mengalami hal yang berbeda-beda. Kenaikan NPL tergantung bisnis masing-masing bisa karena debitur atau sektor industrinya," ucap dia.

Khusus untuk bank syariah, dia mengakui, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF)-nya jauh lebih tinggi. Namun NPF yang ada di bank syariah sudah jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

"Saat ini NPF bank syariah sekitar 4,2%, dua tahun lalu jauh lebih tinggi," kata dia.  

LPS tidak mengetahui secara persis penyebab tingginya NPF di bank syariah. Namun hal tersebut bisa dikarenakan level NPF bank syariah yang jauh lebih tinggi sehingga penurunannya lebih lambat dari bank konvensional.  

Sementara itu, sampai akhir 2018, LPS menargetkan, NPL bank pada akhir 2018 akan berada di angka 2,5-2,7%. Nilai tersebut menurun dibandingkan realisasi NPL pada Juni 2018 yang berada di angka 2,67%.

Doddy menjelaskan, meningkatnya ekspansi kredit bisa menjadi pendorong menurunnya NPL pada akhir tahun. Selain itu, bank-bank juga lebih mengutamakan ekspansi kredit di sektor domestic daripada lokal sehingga tidak terpengaruh adanya pelemahan rupiah.

"Akhir tahun, ekspansi kredit lebih tinggi, bank-bank juga lebih domestic oriented," ujar dia.

Dia juga memaklumi kondisi sekarang ini memang tidak kondusif, namun Indonesia lebih resilience menghadapi hal tersebut. Apalagi pelemahan rupiah yang membuat ekonomi Indonesia saat ini tidak kondusif bukan datang dari internal, namun dari eksternal.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan kredit perbankan pada Juni 2018 mencapai 10,75% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan Mei 2018 yang mencapai 10,26% (yoy).

Sedangkan NPL tercatat 2,67% pada Juni 2018, menurun dari Mei 2018 yang mencapai 2,79%. Sementara rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat di angka 21,91%.
Next Page
Target NPL
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular