
Wah, Bank-Bank Ini Punya NPL di Atas 5%
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
27 July 2018 12:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan permintaan dan penyaluran kredit dan menurunnya kemampuan debitur untuk membayar cicilan sudah dirasakan sejumlah bank dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Dalam penelurusan CNBC Indonesia dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, bank-bank berikut ini memiliki NPL di atas 5% yang menjadi lampu kuning agar bank segera bersih-bersih asetnya yang bermasalah. Berikut daftarnya.
1. PT. Bank MNC International Tbk (BABP)
Bank milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini memiliki total kredit sebesar Rp 7,16 triliun. Namun dari nilai tersebut, ada Rp 295,76 miliar kredit macet dan Rp 41,29 miliar kredit yang diragukan. Akibatnya, pada Juni 2018, NPL gross Bank MNC tercatat sebesar 5,22% dan NPF nett sebesar 2,88%.
Adapun untuk CAR, Bank MNC memiliki profil risiko di peringkat 3 sehingga harus memiliki CAR di atas 10%. Sedangkan CAR pada Juni 2018 mencapai 14,9% atau menurun dibandingkan Juni 2017 yang mencapai 18,63%.
2. PT. Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO)
Bank Artos juga termasuk bank yang memiliki NPL mendekati 5%. Pada Maret 2018, NPL gross Bank Artos mencapai 8,15%. Sedangkan NPL net 4,22%. Sementara untuk CAR, perseroan membukukan 20,45% pada Maret 2018.
Direktur Utama Bank Artos Reinantha Yaputra menjelaskan, secara nominal kredit bermasalah sebenarnya sudah menurun karena ada penyelesaian pelunasan kredit.
"Namun karena total kredit menurun makanya NPL gross tetap 8% pada Juni 2018,"ujar dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/7/2018).
Sementara itu mengenai penyelesaian NPL, menurut Reinantha, sekitar 50% kredit bermasalah masih dalam proses lelang eksekusi di pengadilan. Sedangkan 50% lainnya masih diselesaikan secara musyawarah dengan menjual jaminan sendiri dan restrukturisasi.
"Kami terus berkoordinasi dengan pengadilan untuk mempercepat proses lelang namun terkendala dengan prosedur pengadilan yang akan menurunkan nilai jual secara bertahap dengan batasan waktu tertentu hal ini lah yang membuat proses berjalan panjang," ucap dia.
Apalagi, penjualan aset jaminan dalam kondisi saat ini tidaklah mudah di tengah situasi ekonomi yang kurang kondusif.
"Namun kami optimis semua ini dapat diselesaikan dengan baik,"papar dia.
3. PT. Bank Banten Tbk (BEKS)
Bank Banten juga tampaknya perlu waspada atas status pengawasan intensif dari OJK. Pasalnya, Bank Banten memiliki NPL gross pada Maret 2018 sebesar 5,65% dan NPL net sebesar 4,73%.
Bank Banten juga telah melakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 1,5 triliun pada Maret 2018, menurun dibandingkan Maret 2017 yang mencapai Rp 1,59 triliun.
Adapun CAR pada Maret 2018 tercatat 10,02%. Nilai ini juga menurun dari Desember 2017 yang mencapai 10,22%.
Tidak hanya bank konvensional yang memiliki NPL mendekati ambang batas, bank syariah pun tampaknya perlu waspada. Seperti dua bank syariah berikut;
1. PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS)
Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross Bank Panin Syariah pada Juni 2018 tercatat 7,68% untuk piutang murabahah. Sedangkan NPF nett piutang murabahah tersebut pada Juni 2018 adalah 6,82%.
Sedangkan untuk pembiayaan mudharabah, NPF brutonya tercatat 12,65% dan NPF nett0 tercatat 8,3%. Kemudian untuk pembiayaan musyarakah, NPF bruto dan netto tercatat 8,31% dan 1,97%.
Adapun untuk CAR, perseroan memiliki sebesar 27,74%. Hal ini jauh dari ketentuan profil risiko Bank Panin Dubai Syariah yang
2. PT. BJB Syariah
BJB Syariah memiliki NPF gross tertinggi di antara bank-bank yang masuk daftar CNBC Indonesia. Bank yang merupakan anak usaha dari PT. Bank Jabar Banten Tbk ini memiliki NPF gross 21,81% pada Maret 2018 dan NPF net 3,26% pada periode yang sama. Adapun untuk CAR tercatat 17,54%.
(roy/roy) Next Article Tambal Modal, Bank MNC Rights Issue Rp 206,32 M
Dalam penelurusan CNBC Indonesia dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, bank-bank berikut ini memiliki NPL di atas 5% yang menjadi lampu kuning agar bank segera bersih-bersih asetnya yang bermasalah. Berikut daftarnya.
1. PT. Bank MNC International Tbk (BABP)
2. PT. Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO)
Bank Artos juga termasuk bank yang memiliki NPL mendekati 5%. Pada Maret 2018, NPL gross Bank Artos mencapai 8,15%. Sedangkan NPL net 4,22%. Sementara untuk CAR, perseroan membukukan 20,45% pada Maret 2018.
Direktur Utama Bank Artos Reinantha Yaputra menjelaskan, secara nominal kredit bermasalah sebenarnya sudah menurun karena ada penyelesaian pelunasan kredit.
"Namun karena total kredit menurun makanya NPL gross tetap 8% pada Juni 2018,"ujar dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/7/2018).
Sementara itu mengenai penyelesaian NPL, menurut Reinantha, sekitar 50% kredit bermasalah masih dalam proses lelang eksekusi di pengadilan. Sedangkan 50% lainnya masih diselesaikan secara musyawarah dengan menjual jaminan sendiri dan restrukturisasi.
"Kami terus berkoordinasi dengan pengadilan untuk mempercepat proses lelang namun terkendala dengan prosedur pengadilan yang akan menurunkan nilai jual secara bertahap dengan batasan waktu tertentu hal ini lah yang membuat proses berjalan panjang," ucap dia.
Apalagi, penjualan aset jaminan dalam kondisi saat ini tidaklah mudah di tengah situasi ekonomi yang kurang kondusif.
"Namun kami optimis semua ini dapat diselesaikan dengan baik,"papar dia.
3. PT. Bank Banten Tbk (BEKS)
Bank Banten juga tampaknya perlu waspada atas status pengawasan intensif dari OJK. Pasalnya, Bank Banten memiliki NPL gross pada Maret 2018 sebesar 5,65% dan NPL net sebesar 4,73%.
Bank Banten juga telah melakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 1,5 triliun pada Maret 2018, menurun dibandingkan Maret 2017 yang mencapai Rp 1,59 triliun.
Adapun CAR pada Maret 2018 tercatat 10,02%. Nilai ini juga menurun dari Desember 2017 yang mencapai 10,22%.
Tidak hanya bank konvensional yang memiliki NPL mendekati ambang batas, bank syariah pun tampaknya perlu waspada. Seperti dua bank syariah berikut;
1. PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS)
Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross Bank Panin Syariah pada Juni 2018 tercatat 7,68% untuk piutang murabahah. Sedangkan NPF nett piutang murabahah tersebut pada Juni 2018 adalah 6,82%.
Sedangkan untuk pembiayaan mudharabah, NPF brutonya tercatat 12,65% dan NPF nett0 tercatat 8,3%. Kemudian untuk pembiayaan musyarakah, NPF bruto dan netto tercatat 8,31% dan 1,97%.
Adapun untuk CAR, perseroan memiliki sebesar 27,74%. Hal ini jauh dari ketentuan profil risiko Bank Panin Dubai Syariah yang
2. PT. BJB Syariah
BJB Syariah memiliki NPF gross tertinggi di antara bank-bank yang masuk daftar CNBC Indonesia. Bank yang merupakan anak usaha dari PT. Bank Jabar Banten Tbk ini memiliki NPF gross 21,81% pada Maret 2018 dan NPF net 3,26% pada periode yang sama. Adapun untuk CAR tercatat 17,54%.
(roy/roy) Next Article Tambal Modal, Bank MNC Rights Issue Rp 206,32 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular