
Laba Kuartal II-2018 Shell Melompat 30% Jadi Rp 67,8 T
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 July 2018 16:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa perminyakan Royal Dutch Shell mencatatkan kenaikan laba bersih 30% pada kuartal kedua tahun 2018 dan mengumumkan program pembelian saham kembali (buyback) senilai US$25 miliar (Rp 361,4 triliun).
Laba bersih yang diatribusikan ke pemegang saham berada di posisi US$4,69 miliar, naik dari US$3,6 miliar dalam periode kuartal yang sama tahun lalu (year-on-year/ yoy).
Meskipun begitu, pendapatan meleset dari konsensus analis sebesar US$5,97 miliar, seperti dilansir dari CNBC International yang mengutip Reuters.
Perusahaan berkata pendapatan "mencerminkan kenaikan kontribusi dari Gas dan Hulu Terintegrasi, sebagian ditutupi oleh pendapatan yang lebih rendah di Hilir".
Kategori "hulu"merujuk pada sektor eksplorasi dan produksi industri perminyakan, sementara kategori "hilir" sebagian besar terkait dengan proses pengilangan.
Shell juga mengumumkan akan memulai program buyback saham "setidaknya US$25 miliar dalam periode 2018-2020, dengan memerhatikan perkembangan lebih lanjut dalam pengurangan utang dan kondisi harga minyak".
Laba bersih yang diatribusi ke pemegang saham di kuartal kedua ini turun dari $5,4 miliar yang dibukukan pada kuartal sebelumnya.
Perusahaan minyak itu mempertahankan dividen kuartalan sebesar 47 sen.
Dari program divestasi 2016-2018 senilai US$30 miliar, sebanyak US$27 miliar sudah diselesaikan dengan lebih dari US$7 miliar dividen yang akan diumumkan, kata perusahaan.
Direktur Eksekutif Shell Ben van Beurden mengatakan program buyback saham adalah "langkah penting lain menuju perwujudan investasi berkelas dunia kami".
"Langkah ini melengkapi perkembangan yang telah kami buat sejak selesainya akuisisi BG di tahun 2016, untuk membentuk ulang portofolio kami lewat program divestasi US$30 miliar dan proyek-proyek baru, untuk mengurangi utang bersih..."
(prm) Next Article Harga Minyak Tinggi, Shell Cetak Rekor Laba
Laba bersih yang diatribusikan ke pemegang saham berada di posisi US$4,69 miliar, naik dari US$3,6 miliar dalam periode kuartal yang sama tahun lalu (year-on-year/ yoy).
Meskipun begitu, pendapatan meleset dari konsensus analis sebesar US$5,97 miliar, seperti dilansir dari CNBC International yang mengutip Reuters.
Kategori "hulu"merujuk pada sektor eksplorasi dan produksi industri perminyakan, sementara kategori "hilir" sebagian besar terkait dengan proses pengilangan.
Shell juga mengumumkan akan memulai program buyback saham "setidaknya US$25 miliar dalam periode 2018-2020, dengan memerhatikan perkembangan lebih lanjut dalam pengurangan utang dan kondisi harga minyak".
Laba bersih yang diatribusi ke pemegang saham di kuartal kedua ini turun dari $5,4 miliar yang dibukukan pada kuartal sebelumnya.
Perusahaan minyak itu mempertahankan dividen kuartalan sebesar 47 sen.
Dari program divestasi 2016-2018 senilai US$30 miliar, sebanyak US$27 miliar sudah diselesaikan dengan lebih dari US$7 miliar dividen yang akan diumumkan, kata perusahaan.
Direktur Eksekutif Shell Ben van Beurden mengatakan program buyback saham adalah "langkah penting lain menuju perwujudan investasi berkelas dunia kami".
"Langkah ini melengkapi perkembangan yang telah kami buat sejak selesainya akuisisi BG di tahun 2016, untuk membentuk ulang portofolio kami lewat program divestasi US$30 miliar dan proyek-proyek baru, untuk mengurangi utang bersih..."
(prm) Next Article Harga Minyak Tinggi, Shell Cetak Rekor Laba
Most Popular