
Internasional
Harga Minyak Tinggi, Shell Cetak Rekor Laba
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
01 November 2018 18:17

London, CNBC Indonesia - Laba kuartal ketiga Royal Dutch Shell melonjak ke rekor tertinggi dalam empat tahun, didorong oleh kenaikan harga minyak saat perusahaan juga tengah mengupayakan salah satu program pembelian kembali saham (buyback) terbesar di dunia.
Perusahaan minyak dan gas terbesar kedua di dunia itu mencatat jumlah uang tunai dari kegiatan operasinya naik hampir 60% menjadi US$12,1 miliar (Rp 182,7 triliun) karena upaya penghematan biaya dalam beberapa tahun terakhir.
"Pendapatan operasional yang baik di semua bisnis Shell menghasilkan salah satu penghasilan kuartalan terbesar kami," kata CEO Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan, melansir the Straits Times.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham di kuartal ini naik 39% menjadi US$5,624 miliar dari tahun lalu. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan konsensus analis yang dilakukan perusahaan sebesar US$5,766 miliar. Pada kuartal kedua, jumlahnya adalah US$4,691 miliar.
Laba itu didorong oleh harga minyak dan gas yang lebih tinggi serta kontribusi yang lebih besar dari operasi perdagangan tetapi diimbangi oleh lemahnya margin penyulingan, pajak, dan selisih kurs.
Shell meluncurkan program pembelian kembali saham senilai US$25 miliar pada bulan Juli. Perusahaan berjanji untuk meningkatkan imbal hasil pemegang saham setelah akuisisi BG Group pada tahun 2016 dan menunjukkan kepercayaan diri dalam menghasilkan uang tunai di masa depan dan prospek pertumbuhan laba.
Shell mengatakan pihaknya menyelesaikan tahap pertama pembelian kembali pada Oktober sebesar US$2 miliar dan meluncurkan tahap kedua pada hari Kamis (1/11/2018) hingga mencapai US$2,5 miliar pada 28 Januari.
Saham Shell mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir setelah merilis tiga hasil kuartalan yang mengecewakan dan meningkatkan kekhawatiran atas kemampuannya untuk memenuhi target pembelian kembali saham senilai US$25 miliar di atas pembayaran dividen tahunan sebesar US$15, yang terbesar di dunia.
Tingkat utang perusahaan tetap tinggi. Rasio utang Shell versus kapitalisasi perusahaan, yang dikenal sebagai gearing, menurun menjadi 23,1% pada kuartal tersebut dari 23,6% pada akhir Juni.
Produksi minyak dan gas di kuartal ini turun 2% dari tahun sebelumnya menjadi setara 3,596 juta barel minyak.
(prm) Next Article Laba Kuartal II-2018 Shell Melompat 30% Jadi Rp 67,8 T
Perusahaan minyak dan gas terbesar kedua di dunia itu mencatat jumlah uang tunai dari kegiatan operasinya naik hampir 60% menjadi US$12,1 miliar (Rp 182,7 triliun) karena upaya penghematan biaya dalam beberapa tahun terakhir.
"Pendapatan operasional yang baik di semua bisnis Shell menghasilkan salah satu penghasilan kuartalan terbesar kami," kata CEO Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan, melansir the Straits Times.
Laba itu didorong oleh harga minyak dan gas yang lebih tinggi serta kontribusi yang lebih besar dari operasi perdagangan tetapi diimbangi oleh lemahnya margin penyulingan, pajak, dan selisih kurs.
Shell meluncurkan program pembelian kembali saham senilai US$25 miliar pada bulan Juli. Perusahaan berjanji untuk meningkatkan imbal hasil pemegang saham setelah akuisisi BG Group pada tahun 2016 dan menunjukkan kepercayaan diri dalam menghasilkan uang tunai di masa depan dan prospek pertumbuhan laba.
Shell mengatakan pihaknya menyelesaikan tahap pertama pembelian kembali pada Oktober sebesar US$2 miliar dan meluncurkan tahap kedua pada hari Kamis (1/11/2018) hingga mencapai US$2,5 miliar pada 28 Januari.
Saham Shell mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir setelah merilis tiga hasil kuartalan yang mengecewakan dan meningkatkan kekhawatiran atas kemampuannya untuk memenuhi target pembelian kembali saham senilai US$25 miliar di atas pembayaran dividen tahunan sebesar US$15, yang terbesar di dunia.
Tingkat utang perusahaan tetap tinggi. Rasio utang Shell versus kapitalisasi perusahaan, yang dikenal sebagai gearing, menurun menjadi 23,1% pada kuartal tersebut dari 23,6% pada akhir Juni.
Produksi minyak dan gas di kuartal ini turun 2% dari tahun sebelumnya menjadi setara 3,596 juta barel minyak.
(prm) Next Article Laba Kuartal II-2018 Shell Melompat 30% Jadi Rp 67,8 T
Most Popular