Trump Ancam Balik Iran, Harga Minyak Balik Menguat

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
23 July 2018 19:22
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 berbalik menguat sebesar 1,31% ke US$74,03/barel, sementara light sweet naik 1,11% ke US$69,02/barel
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 berbalik menguat sebesar 1,31% ke US$74,03/barel, sementara light sweet juga naik 1,11% ke US$69,02/barel, pada perdagangan hari ini Senin (23/07/2018), hingga pukul 18.38 WIB.

Padahal, sebelumnya harga minyak kompak terkoreksi di kisaran 0,2% hingga pukul 10.00 WIB hari ini. Tadi pagi, investor pergerakan harga minyak masih dipengaruhi oleh sinyal negatif dari pertemuan G20.

Menteri keuangan dan pejabat bank sentral dari 20 perekonomian besar dunia menutup pertemuan dua hari mereka di Buenos Aires hari Minggu (22/7/2018) dengan peringatan bahwa "ketegangan perdagangan dan politik yang meningkat" mengancam pertumbuhan ekonomi.

Komunike final G20 menekankan "perlunya peningkatan dialog dan tindakan untuk memitigasi risiko dan memperkuat keyakinan" di tengah perang dagang global yang makin panas, dilansir dari AFP hari Senin (23/7/2018).

Komunike itu lantas merefleksikan kecemasan yang lebih dalam dibandingkan bulan Maret lalu ketika para anggota sama sekali menghindari membahas isu tersebut.

Persepsi masih tingginya tensi geopolitik dan perdagangan lantas memicu kekhawatiran investor akan terganggunya arus perdagangan global, termasuk untuk komoditas minyak mentah yang menjadi sumber energi utama dunia. Hal ini lantas mendorong investor berperilaku defensif, dan menahan pembelian.

Terlebih, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini menyampaikan sudah siap kapan saja untuk mengenakan tarif terhadap produk-produk China jika diperlukan.

"Saya siap menuju ke 500," kata Trump kepada Joe Kernen dari CNBC International dalam sesi wawancara di program "Squawk Box", Jumat (20/07/2018).

Angka 500 mengacu kepada nilai impor produk China ke AS yang tercatat pada 2017, nilai tepatnya sekitar US$505,5 miliar. Dibandingkan dengan nilai ekspor AS ke China yang hanya US$129,9, berdasarkan data Biro Sensus AS.

Meski demikian, pergerakan harga minyak berubah 180 derajat seiring berjalannya perdagangan hari ini, dipicu oleh makin panasnya tensi antara AS-Iran. Seperti diketahui, AS sudah keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran dan kemungkinan akan menjatuhkan sanksi bagi Teheran. Setelah dipulihkannya sanksi Iran, hubungan Negeri Persia dan Negeri Paman Sam semakin memburuk.

Trump kini balik mengancam Presiden Iran Hassan Rouhani dalam unggahan twitter-nya hari Minggu (22/7/2018) malam waktu setempat. Cuitan itu ditulis dengan huruf kapital yang mengindikasikan kekesalan sang presiden.

"Kepada Presiden Rouhani: JANGAN PERNAH MENGANCAM AMERIKA SERIKAT LAGI ATAU ANDA AKAN MENDAPATKAN KONSEKUENSI YANG SERUPA DENGAN APA YANG SEJARAH PERNAH DERITA DULU. KAMI BUKAN LAGI SEBUAH NEGARA YANG AKAN MEMBELA KATA-KATA GILA ANDA SOAL KEKERASAN DAN KEMATIAN. BERHATI-HATILAH!"


Trump Ancam Balik Iran, Harga Minyak Balik Menguat

Kicauan itu muncul setelah Presiden Rouhani memperingatkan sang pemimpin AS hari Minggu agar tak mengambil kebijakan yang keras terhadap Iran.

"Tuan Trump, tolong jangan bermain-main dengan ekor singa karena hanya akan membawa penyesalan. AS harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah biangnya damai, sementara peperangan dengan Iran adalah biangnya perang," tegas Rouhani, dalam acara pembekalan kepada para diplomat, dikutip dari Reuters.

Apabila situasi Timur Tengah makin memanas (semoga saja tidak), maka pasokan minyak dunia akan terhambat karena kawasan tersebut merupakan penghasil utama si emas hitam. Sebab, Iran mengancam akan memblokade jalur ekspor minyak dari kawasan Teluk bila AS sampai menerapkan sanksi. Persepsi penurunan pasokan ini kemudian mampu mengerek harga sang emas hitam pada malam ini.

(RHG/gus) Next Article Tenang! Harga Minyak Stabil Meski Ada Ancaman Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular