Minyak Naik, Trump Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
09 May 2018 10:41
Hingga pukul 09.31 WIB hari ini, harga minyak light sweet 2,29% ke US$70,64/barel, sementara brent melambung 2,47% ke US$76,70/barel.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia -  Harga minyak menguat pesat pagi ini merespon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memutuskan untuk keluar kesepakatan nuklir dengan Iran. Hingga pukul 09.31 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 menguat 2,29% ke US$70,64/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 melambung 2,47% ke US$76,70/barel.

Dengan keputusan tersebut, AS dipastikan akan menerapkan sanksi bagi Iran.  Sanksi ekonomi tentu akan mempengaruhi produksi dan ekspor minyak Iran, yang akhirnya mengancam pasokan minyak global yang saat ini sudah ketat. Alhasil, sentimen ini pun mampu mengerek harga minyak.

Trump Tarik Diri dari Kesepakatan Nuklir Iran, Minyak NaikFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Sebagai informasi, kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015 oleh pemerintahan mantan presiden AS Barack Obama, bersama-sama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Inggris, telah menghapuskan sansi ekonomi terhadap Iran, dengan catatan Iran harus membatasi program nuklirnya. Alhasil, per Januari 2016, Iran pun kembali menjadi salah satu eksportir minyak mentah utama dunia.

Pada April 2018, ekspor minyak mentah Iran bahkan sudah mencapai 2,6 juta barel per hari (bph), rekor tertinggi sejak Iran bebas dari sanksi. Catatan tersebut membuat Iran menjadi eksportir minyak terbesar ketiga di antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), setelah Arab Saudi dan Irak.

Namun, Trump secara tegas mengatakan bahwa isi kesepakatan dengan Iran banyak mengandung kesalahan fatal, seperti dalam hal pengembangan program nuklir selepas 2025 atau keterlibatan Negeri Persia dalam konflik Timur Tengah.

Sesuai peraturan yang berlaku, orang no. 1 di AS itu mendapatkan tenggat waktu hingga 12 Mei 2018 untuk memutuskan sikapnya terkait kesepakatan nuklir Iran. Tapi 4 hari sebelum tanggal itu tiba, Trump akhirnya mengumumkan bahwa AS keluar dari kesepakatan yang dibangun 3 tahun silam itu. Dengan begitu, AS telah resmi menerapkan sanksi baru bagi Iran, yang akan berlaku 180 hari ke depan, selama tidak ada kesepakatan lain yang dicapai sebelum itu.

"Perjanjian dengan Iran ini sangat buruk dan hanya menguntungkan satu pihak. Seharusnya tidak pernah dibuat. AS akan mengenakan sanksi ekonomi dalam tingkatan tertinggi," tegas Trump, seperti dilansir Reuters.

Analis pun memperkirakan kondisi pasar minyak global berpotensi mengarah ke kelangkaan pasokan dengan perkembangan tersebut, seiring ekspor Iran diprediksi jatuh hingga 1 juta barel per hari (bph).

"Muncul kekhawatiran bahwa ekspor Iran dapat berkurang sekitar 1 juta barel per hari (bph) dari level saat ini. Keseimbangan suplai/permintaan minyak sudah cukup terganggu saat ini, namun itu (AS keluar dari kesepakatan Iran) dapat memicu kelangkaan pasokan yang menyeluruh," ujar Tomomichi Akuta, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Research and Consulting, seperti dikutip dari CNBC International.

"Harga minyak dapat meningkat setidaknya US$10 (per barel), dengan Brent mendekati level US$90," tambah Tomomichi.

(hps) Next Article Perang Dagang AS-China Mereda, Harga Minyak Naik Nyaris 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular