Ekspor Minyak Libya Timur Disetop, Harga Minyak Melambung

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
03 July 2018 11:07
Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak menguat 0,77% ke US$74,51/barel.
Foto: skkmigas.go.id
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak menguat 0,77% ke US$74,51/barel, sementara Brent yang menjadi acuan di Benua Eropa juga naik 0,58% ke US$77,75/barel, pada perdagangan hari ini Selasa (03/07/2108) hingga pukul 10.15 WIB.

Harga sang emas hitam mampu rebound setelah pada perdagangan kemarin ditutup melemah. Light sweet bahkan kembali mencapai titik tertingginya sejak akhir November 2014. Energi positif bagi penguatan harga emas pagi ini datang dari disrupsi pasokan di Libya.

Ekspor Minyak Libya Timur Disetop, Harga Minyak MelambungFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Semua ekspor minyak dari wilayah timur Libya telah ditangguhkan setelah operasi di dua terminal ekspor utama dihentikan, kata National Oil Corporation (NOC) yang berbasis di Tripoli pada hari Senin (2/7/2018).

"National Oil Corporation telah mengumumkan force majeure pada pemuatan minyak mentah di terminal minyak Al-Hariga dan Zweitina", kata NOC dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AFP.

Sebagai informasi, seiring dengan pemerintahan Libya yang pecah kongsi, perusahaan minyak negara pun terpecah dua tetapi sama-sama memakai nama NOC. Bedanya, satu NOC resmi milik pemerintah berbasis di Tripoli dan yang lain adalah NOC milik pemberontak di Benghazi.

Pada akhir pekan lalu, pasukan separatis mengklaim mereka telah menguasai pelabuhan Hariga dan Zueitina dan menyerahkannya kepada NOC Benghazi. Sejak itu, NOC Tripoli sudah tidak diperbolehkan lagi mengelola ekspor minyak dari dua pelabuhan yang merupakan objek vital bagi ekspor minyak Libya tersebut.  

Akibat berhentinya pasokan dari pelabuhan Hariga dan Zueitina, total produksi minyak dari Libya diperkirakan berkurang hingga 850 ribu           barel per hari (bph). Ini lebih dari 80% dari total produksi Libya yang mencapai 1 juta bph.

Sentimen disrupsi pasokan dari Libya ini mampu mengungguli sentimen negatif yang datang dari produksi minyak mentah OPEC Juni 2018 yang diekspektasikan meningkat 320.000 bph secara bulanan, menjadi 32,32 juta bph, mengutip survei yang dilakukan oleh Reuters.

Meski demikian, pergerakan harga minyak mendapatkan ancaman dari melambatnya permintaan komoditas energi utama dunia ini. Hal ini nampaknya terjadi karena harga minyak yang sudah melambung cukup tinggi di tahun ini.

"Pertumbuhan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di AS melambat secara signifikan ke 385.000 bph secara year-on-year (YoY) pada April (2018), dibandingkan dengan pertumbuhan lebih dari 730.000 bph YoY pada kuartal-I (2018)," ucap analis dari Barclays, seperti dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, di Benua Asia, yang menjadi wilayah pengkonsumsi minyak terbesar di dunia, impor minyak telah menunjukkan penurunan sejak Mei 2018, juga masih dipengaruhi semakin mahalnya harga minyak, ditambah eskalasi tensi perdagangan antara AS-China.

(RHG/hps) Next Article Aktivitas Pengeboran AS Meningkat, Harga Minyak Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular