
Internasional
China Suntik Dana ke Perbankan Rp 1.058 T Demi Jaga Ekonomi
Roy Franedya, CNBC Indonesia
23 July 2018 20:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China, People Bank Of China (PBoC) menyuntikkan uang tunai 502 miliar yuan atau setara US$74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan. Ini merupakan indikasi terbaru para pembuat kebijakan bergerak untuk melonggarkan kebijakan moneter karena ekonomi melambat.
Pada akhir Juni 2018, PBoC juga menyuntikkan dana tunai 700 miliar yuan. Suntikan tersebut berbarengandengan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), dana ini tidak bisa disalurkan menjadi kredit dan investasi.
Pada kuartal II-2018, ekonomi China tumbuh 6,7% yang merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak 2016. Penyaluran kredit bank dan non-bank juga mengalami perlambatan parah pada Juni 2018, dengan pertumbuhan peredaran uang (M2) juga paling lambat.
Para ekonom memperkirakan perlambatan ekonomi China masih akan berlanjut pada beberapa bulan mendatang karena dampak perang dagang dan pemerintah akan menahan laju pertumbuhan utang untuk kendalikan risiko ekonomi.
Tekanan sektor keuangan juga meningkat karena 150 platform fintech peer to peer lending berguguran sejak awal Juni 2018 karena kesulitan likuiditas.
"Melepaskan likuiditas dapat mengaktifkan beberapa saluran kredit, tetapi masih terlalu dini untuk menyebut stimulus berbasis luas ini," kata Shao Yu, kepala ekonom di Orient Securities di Shanghai, Financial Times melaporkan. "Ini lebih tentang mengisi likuiditas daripada membuka keran kredit sepenuhnya. Saat ini deleveraging masih menjadi penekanan utama."
Dalam pidato kepada para eksekutif bank senior minggu lalu, Guo Shuqing, Sekretaris PBoC dan kepala regulator perbankan, mendesak bank-bank untuk meningkatkan pinjaman kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Pernyataan ini ditafsirkan sebagai anjuran penyaluran kredit yang lebih deras.
Pekan lalu PBoC juga menurunkan suku bunga yang lebih rendah pada apa yang disebut "deposito fiskal" - uang pemerintah yang terakumulasi di bank sentral sebelum dilelang secara berkala ke bank-bank komersial, meningkatkan likuiditas dalam sistem keuangan.
Tetapi pelonggaran moneter kemungkinan akan membuat yuan semakin melemah. Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, keduanya mengkritik Cina karena melemahkan yuan.
(roy/dru) Next Article Perang Dagang, China Suntikkan Likuiditas Rp 430,9T ke Bank
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan. Ini merupakan indikasi terbaru para pembuat kebijakan bergerak untuk melonggarkan kebijakan moneter karena ekonomi melambat.
Para ekonom memperkirakan perlambatan ekonomi China masih akan berlanjut pada beberapa bulan mendatang karena dampak perang dagang dan pemerintah akan menahan laju pertumbuhan utang untuk kendalikan risiko ekonomi.
Tekanan sektor keuangan juga meningkat karena 150 platform fintech peer to peer lending berguguran sejak awal Juni 2018 karena kesulitan likuiditas.
"Melepaskan likuiditas dapat mengaktifkan beberapa saluran kredit, tetapi masih terlalu dini untuk menyebut stimulus berbasis luas ini," kata Shao Yu, kepala ekonom di Orient Securities di Shanghai, Financial Times melaporkan. "Ini lebih tentang mengisi likuiditas daripada membuka keran kredit sepenuhnya. Saat ini deleveraging masih menjadi penekanan utama."
Dalam pidato kepada para eksekutif bank senior minggu lalu, Guo Shuqing, Sekretaris PBoC dan kepala regulator perbankan, mendesak bank-bank untuk meningkatkan pinjaman kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Pernyataan ini ditafsirkan sebagai anjuran penyaluran kredit yang lebih deras.
Pekan lalu PBoC juga menurunkan suku bunga yang lebih rendah pada apa yang disebut "deposito fiskal" - uang pemerintah yang terakumulasi di bank sentral sebelum dilelang secara berkala ke bank-bank komersial, meningkatkan likuiditas dalam sistem keuangan.
Tetapi pelonggaran moneter kemungkinan akan membuat yuan semakin melemah. Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, keduanya mengkritik Cina karena melemahkan yuan.
(roy/dru) Next Article Perang Dagang, China Suntikkan Likuiditas Rp 430,9T ke Bank
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular