Hari Ini, Lelang SBI Tak Mampu Kuatkan Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2018 16:43
Hari Ini, Lelang SBI Tak Mampu Kuatkan Rupiah
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan hari ini. Aliran modal masuk dari lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak mampu menolong rupiah, yang terseret arus penguatan greenback. 

Pada Senin (23/7/2018), US$ 1 saat penutupan pasar dihargai Rp 14.485. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu. 

Rupiah dibuka menguat cukup signifikan 0,35%. Namun setelah itu, apresiasi rupiah semakin tergerus meski masih bisa bertahan di teritori positif. 

Jelang penutupan perdagangan, rupiah tidak mampu lagi bertahan di jalur penguatan. Rupiah pun terpeleset dan melemah tipis. Posisi terlemah rupiah berada di Rp 14.493/US$, sementara posisi terkuat di Rp 14.420/US$. 

Reuters

Seperti halnya rupiah, mata uang utama Asia pun cenderung melemah terhadap dolar AS. Padahal (sama seperti rupiah) mata uang Asia sempat menguat seharian. Jelang sore, greenback berubah garang dan memakan korban di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:15 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,12+0,24
Yuan China6,79-0,37
Won Korea Selatan1.133,17-0,56
Dolar Taiwan30,65-0,22
Dolar Hong Kong7,85+0,02
Rupee India68,79-0,09
Dolar Singapura1,36-0,15
Baht Thailand33,42-0,30
Peso Filipina53,47-0,32
 
Setelah melemah sejak akhir pekan lalu, dolar AS bangkit. Dollar AS (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat 0,09% pada pukul 16:18 WIB. 

Momentum penguatan dolar AS didapat dari pernyataan para pejabat The Federal Reserve/The Fed. Menghadapi 'serangan' Presiden AS Donald Trump, The Fed tetap tenang dan menjamin kebijakannya bebas intervensi. 

Sebelumnya, Trump mengkritik The Fed karena terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga yang bisa menghambat pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menguat saat mata uang negara-negara mitra dagang AS (terutama China) melemah. Ini membuat ekspor AS kurang kompetitif dan produk impor semakin membanjir. 

"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter. 

Namun The Fed cukup tenang menghadapi serangan Trump. Bahkan The Fed dengan tegas menolak segala bentuk intervensi politik dalam kebijakan moneter. 

"Kami tidak memasukkan faktor politik dalam pertimbangan (kebijakan)," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam sebuah acara radio, dikutip dari Reuters. 

"Orang-orang boleh berkomentar, termasuk Bapak Presiden dan para politisi lainnya. Namun keputusan dan kebijakan terbaik ditentukan oleh Komite," kata James Bullard, Presiden The Fed St Louis. 

Komentar para petinggi The Fed ini bisa melegakan pasar bahwa bank sentral AS akan tetap pada arah kebijakan yang sudah diperkirakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan dua kali sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018. 

Perkembangan ini bisa menjadi suntikan energi bagi dolar AS. Dengan sokongan penuh dari The Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar masih akan terjadi dan mendorong laju greenback.  


Dari dalam negeri, sebenarnya ada faktor yang bisa menolong rupiah yaitu lelang SBI. Hari ini, BI melelang dua seri SBI dengan tenor 9 dan 12 bulan.

BI memenangkan Rp 5,975 triliun. Masing-masing Rp 4,18 triliun untuk tenor 9 bulan dan Rp 1,795 triliun untuk yang 12 bulan.

Namun sentimen lelang SBI tidak mampu membendung arus penguatan dolar AS yang terjadi secara masif. Selain itu, investor juga masih cenderung keluar dari pasar keuangan Indonesia. 

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di 7,872%. Naik 1,4 basis poin dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Kenaikan yield menandakan harga sedang turun, yang berarti instrumen ini sedang mengalami tekanan jual. Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di 88,2%, turun 7,9 basis poin dibandingkan akhir pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular