
Hari Ini, Lelang SBI Tak Mampu Kuatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2018 16:43

Setelah melemah sejak akhir pekan lalu, dolar AS bangkit. Dollar AS (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat 0,09% pada pukul 16:18 WIB.
Momentum penguatan dolar AS didapat dari pernyataan para pejabat The Federal Reserve/The Fed. Menghadapi 'serangan' Presiden AS Donald Trump, The Fed tetap tenang dan menjamin kebijakannya bebas intervensi.
Sebelumnya, Trump mengkritik The Fed karena terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga yang bisa menghambat pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menguat saat mata uang negara-negara mitra dagang AS (terutama China) melemah. Ini membuat ekspor AS kurang kompetitif dan produk impor semakin membanjir.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Namun The Fed cukup tenang menghadapi serangan Trump. Bahkan The Fed dengan tegas menolak segala bentuk intervensi politik dalam kebijakan moneter.
"Kami tidak memasukkan faktor politik dalam pertimbangan (kebijakan)," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam sebuah acara radio, dikutip dari Reuters.
"Orang-orang boleh berkomentar, termasuk Bapak Presiden dan para politisi lainnya. Namun keputusan dan kebijakan terbaik ditentukan oleh Komite," kata James Bullard, Presiden The Fed St Louis.
Komentar para petinggi The Fed ini bisa melegakan pasar bahwa bank sentral AS akan tetap pada arah kebijakan yang sudah diperkirakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan dua kali sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018.
Perkembangan ini bisa menjadi suntikan energi bagi dolar AS. Dengan sokongan penuh dari The Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar masih akan terjadi dan mendorong laju greenback.
(aji/aji)
Momentum penguatan dolar AS didapat dari pernyataan para pejabat The Federal Reserve/The Fed. Menghadapi 'serangan' Presiden AS Donald Trump, The Fed tetap tenang dan menjamin kebijakannya bebas intervensi.
Sebelumnya, Trump mengkritik The Fed karena terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga yang bisa menghambat pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menguat saat mata uang negara-negara mitra dagang AS (terutama China) melemah. Ini membuat ekspor AS kurang kompetitif dan produk impor semakin membanjir.
Namun The Fed cukup tenang menghadapi serangan Trump. Bahkan The Fed dengan tegas menolak segala bentuk intervensi politik dalam kebijakan moneter.
"Kami tidak memasukkan faktor politik dalam pertimbangan (kebijakan)," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam sebuah acara radio, dikutip dari Reuters.
"Orang-orang boleh berkomentar, termasuk Bapak Presiden dan para politisi lainnya. Namun keputusan dan kebijakan terbaik ditentukan oleh Komite," kata James Bullard, Presiden The Fed St Louis.
Komentar para petinggi The Fed ini bisa melegakan pasar bahwa bank sentral AS akan tetap pada arah kebijakan yang sudah diperkirakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan dua kali sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018.
Perkembangan ini bisa menjadi suntikan energi bagi dolar AS. Dengan sokongan penuh dari The Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar masih akan terjadi dan mendorong laju greenback.
(aji/aji)
Next Page
Lelang SBI Belum Bisa Kuatkan Rupiah
Pages
Most Popular