Luaskan Pengaruh, China Tawari Sri Lanka Hibah Rp 4,2 T

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 July 2018 17:51
Presiden China Xi Jinping menawarkan Sri Lanka dana hibah senilai 2 miliar yuan (Rp 4,2 triliun) di saat Beijing ingin memperluas pengaruhnya ke negara itu.
Foto: REUTERS/Thomas Peter
Kolombo, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping telah menawarkan Sri Lanka dana hibah senilai 2 miliar yuan (Rp 4,2 triliun) di saat Beijing ingin memperluas pengaruhnya ke negara sekaligus pulau kecil di ujung selatan India itu.

Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena, mitra dalam proyek infrastruktur lintas negara milik Beijing bernama Belt and Road, membuat pengumuman tentang penawaran itu pada hari Sabtu (21/7/2018) dalam sebuah upacara untuk menandai dimulainya pembangunan rumah sakit ginjal yang dibiayai China di Polonnaruwa, 230 kilometer dari Kolombo.

"Ketika duta besar China mengunjungi rumah saya untuk menetapkan tanggal upacara ini, dia mengatakan Presiden China Xi Jinping mengirimkan hadiah lain untuk saya," kata Sirisena, dilansir dari Reuters.

"Dia sudah memberikan 2 miliar yuan untuk digunakan ke proyek apapun yang saya inginkan. Saya akan menyerahkan sebuah proposal ke duta besar China untuk membangun rumah-rumah di semua wilayah pemilih di negara ini," tambahnya.

Tawaran dana hibah itu datang di saat yang sama ketika perusahaan China menghadapi kritik tajam karena diduga membiayai kampanye pemilu terakhir dari mantan Presiden Mahinda Rajapaksa.

Bulan lalu, harian New York Times melaporkan bahwa China Harbour Engineering Company Ltd (CHEC) memberi $7,6 juta untuk pencalonan kembali Rajapaksa. Namun, Rajapaksa kalah oleh Sirisena di awal tahun 2015.

Rajapaksa, kedutaan besar China di Kolombo, dan badan usaha milik negara (BUMN) CHEC menampik dugaan tersebut. Namun, pemerintahan koalisi Sirisena mengadakan debat parlemen pada hari Kamis (19/7/2018) karena pemberitaan tersebut dan meminta diadakan sebuah investigasi terhadap dugaan pendanaan itu.

Pada awal masa kepemimpinannya, Sirisena telah menghentikan sebagian besar proyek infrastruktur yang ditopang China dan dimulai di bawah kepemimpinan Rajapaksa atas dugaan korupsi, pematokan harga berlebihan, dan pelanggaran prosedur pemerintah.

Namun, lebih dari setahun kemudian pemerintahan Sirisena memperbolehkan proyek-proyek China dilanjutkan setelah terdapat perubahan di beberapa proyek.



Tidak ada ikatan
China ada di antara negara-negara pertama yang masuk untuk membantu pembangunan kembali Sri Lanka pasca-perang sipil selama 26 tahun yang berakhir tahun 2009.

China dan Sri Lanka secara tradisional sudah berteman dan China menyediakan bantuan berdasarkan keperluan perkembangan Sri Lanka, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang dalam sebuah paparan harian di Beijing hari Senin (23/7/2018).

"Bantuan yang relevan datang tanpa disertai persyaratan politik dan ada demi keuntungan masyarakat Sri Lanka," kata Geng, tanpa merujuk secara langsung pada tawaran hibah 2 miliar yuan yang Sirisena umumkan di akhir pekan.

Meskipun begitu, banyak proyek China yang disokong oleh pinjaman pemerintahnya dan diinisiasi di bawah pemerintahan Rajapaksa menghadapi penolakan di Sri Lanka di tengah kekhawatiran dari Amerika Serikat (AS), India, dan Jepang bahwa China kemungkinan akan menggunakan Sri Lanka sebagai basis militer.

Docking kapal selam Angkatan Laut China di Kolombo tahun 2014 menimbulkan kegelisahan di New Delhi, sehingga memicu Perdana Menteri India Narendra Modi mempererat ikatan dengan Sri Lanka dan merebut kembali pengaruhnya di kawasan Samudera Hindia.

Pemerintah Sri Lanka maupun kedutaan besar China di Kolombo menampik segala rencana untuk menggunakan pelabuhan di sebelah selatan, yang kini ditangani perusahaan China, untuk tujuan militer.
(prm) Next Article Malaysia tidak akan Tinggalkan Jalur Sutra Modern a la China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular